Tugas yang berat. Meluruskan sejarah merupakan suatu tugas yang tampaknya tidak mudah dilakukan oleh pendiri Gojek, Mas Menteri Nadiem Makarim. Meski berat Mas Nadiem, saya kira, akan bisa menyelesaikan dengan baik. Diberitakan, Megawati meminta agar Mas Menteri meluruskan sejarah 1965.

Maka bisa muncul pertanyaan: apakah sejarah Indonesia saat ini tidak lurus sehingga perlu diluruskan?
Saya setuju dengan Lyotard yang mengatakan bahwa kita tidak akan memperoleh pengetahuan definitif tentang sejarah dan politik. Di mana perbedaan pandangan akan selalu ada. Lyotard menyebutnya sebagai dissensus. Maka perlu respek kepada pihak lain. Sementara Habermas lebih bersikap positif dengan menyatakan bahwa sejarah adalah catatan “learning process” kolektif dari peradaban manusia.
Harapan saya, dan barangkali kita bersama, semoga proses meluruskan sejarah ini menjadi pembelajaran agar kita lebih bagus lagi. Bukan mencari siapa yang menang, siapa yang kalah. Bukan mencari pembenaran dengan mencari kesalahan yang lain. Kita mencari pembelajaran terbaik apa yang bisa kita peroleh dari sejarah 1965 dan sepanjang waktu.
Sedikit mengingatkan bahwa kejadian yang baru terjadi saja kita bisa beda pendapat misal penurunan baliho HRS oleh TNI, banyak pro dan kontra. Pemenang pilpres 2014 apakah Jokowi atau Prabowo pun beda pendapat di mana-mana. Di Amerika beda pendapat pemenangnya Biden atau Trump beberapa waktu lalu.
Sikap positif dalam memandang sejarah perlu kita tekankan di sini. Tentu saja sikap kritis bisa dikembangkan di kalangan terbatas yang sudah menyiapkan segala sesuatu.
Semoga kita mampu membaca sejarah sebagai proses belajar untuk lebih maju memperbaiki negeri ini.
Bagaimana menurut Anda?