Moral menjadi masalah penting di berbagai situasi. Negara yang moralnya tinggi maka akan maju. Mampu mengatasi beragam kesulitan. Sementara, negara yang moralnya roboh maka akan compang-camping. Kita, negara Timur sering mengaku sebagai bangsa yang bermoral luhur. Tetapi kenyataan bisa saja berbeda. Korupsi masih ada di mana-mana. Bahkan menteri sosial, yang seharusnya menunjukkan moral paling tinggi, justru ditangkap KPK dengan jeratan kasus korupsi. Bukan korupsi sembarangan. Tetapi korupsi dana bantuan untuk warga yang terdampak pandemi. Teganya melihat warga miskin yang kelaparan. Apakah masih ada istilah moral di sana?

Freedom, kebebasan, menjadi dasar utama bagi manusia untuk bermoral. Manusia bebas bertindak maka ia harus bertanggung jawab terhadap hasil tindakan itu. Pilihan yang bermoral akan memberikan kebaikan bagi semua. Bahkan tindakannya itu sendiri, tindakan bermoral, adalah kebaikan – kebenaran dan keadilan. Amerika, negara yang mengaku menjunjung tinggi kebebasan, menghadapi resiko kebebasan itu. Aksi demonstrasi ke gedung Capitol mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi menelan korban tewas sekitar 5 orang. Atas demonstrasi itu, Presiden Trump terancam dilengserkan di akhir masa jabatannya. Kebebasan, yang menjadi modal dasar manusia untuk bermoral, bisa salah arah.
Marriage, pernikahan, adalah ikatan suci antara manusia sejak awal sejarah kita, kini dipertanyakan. Apakah umat manusia saat ini masih perlu pernikahan? Beberapa orang, dikabarkan, sudah menikah dengan boneka. Tuntutan untuk diakuinya pernikahan sesama jenis kelamin merebak di beberapa tempat. Kekerasan dalam rumah tangga tidak menunjukkan perbaikan. Tetapi jelas, sepanjang sejarah manusia, kita membutuhkan pernikahan. Manusia hidup damai dalam pernikahan. Keluarga bahagia terbentuk dalam pernikahan. Kelangsungan generasi manusia terjaga oleh lembaga pernikahan. Apakah di satu sisi ada jenis pernikahan yang bermoral dan di sisi lain ada pernikahan yang tidak bermoral?
Saya akan mencoba membahas tiga tema di atas – moral, freedom, marriage – dalam tulisan ini dengan cara kritis. Analisis rasional akan menjadi alat utama tulisan ini. Kita akan tetap terbuka dengan data alternatif misal emosi, pengalaman pribadi, opini, ajaran agama, juga prediksi teknologi. Tidak bisa dipungkiri, teknologi sudah mengubah cara hidup manusia. Media sosial bisa lebih kuat dari kehidupan sosial itu sendiri. Generasi muda menghabiskan waktu lebih banyak menatap layar digital dibanding menatap realitas alam raya. Boneka cantik lebih sempurna dari tubuh manusia. Bayi yang baru merangkak lebih akrab dengan gadget daripada dengan tetangga. Masa depan lebih banyak tanda tanya. Maka kita makin membutuhkannya: moral!
Berikut ini beberapa tema yang kita bahas.
- Moral: Peta yang Salah Arah
- Freedom: Kebebasan yang tidak Bebas
- Marriage: Ikatan Paling Lemah Paling Indah
- Masyarakat Berbasis Pernikahan
- Sistem Patriarki: Bos Lawan Budak
- Pemujaan Jagoan, Kesederhanaan, dan Dosa
- Etika Agama
- Cinta Romantis
- Kebebasan Wanita
- Tabu
- Peran Cinta dalam Hidup Manusia
- Pernikahan dan Anak
- Prostitusi
- Pernikahan Uji Coba
- Keluarga Abad 21
- Keluarga dalam Psikologi Pribadi
- Keluarga, Pendidikan, dan Negara
- Perceraian
- Populasi
- Eugenik
- Sex dan Kebahagian Individu
- Sex dan Nilai Kemanusiaan
- Kesimpulan
Epilog: Sejarah Manusia Menuju Retakan
Freedoom never free
SukaDisukai oleh 1 orang
Harus diperjuangkan ya? Hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
Yaa, walaupun itu mustahil. Tapi perlu
SukaSuka