Saat ini dua orang menteri, mantan, sedang ditahan oleh KPK gara-gara kasus korupsi. Lepih parah lagi, yang tersandung kasus korupsi adalah justru menteri sosial, yang seharusnya paling bertanggung jawab menangani krisis sosial dampak pandemi covid-19 ini. Juga, mensos ini berasal dari partai penguasa pemenang pemilu, partainya presiden saat ini. Meski begitu, skandal korupsi ini bukanlah skandal terbesar kemanusiaan.
Negara tetangga kita, Malaysia, justru skandal korupsi menyangkut perdana menteri mereka. Tentu lebih besar dampaknya dari sekedar menteri yang korupsi. Itu pun masih bukan termasuk skandal terbesar manusia. Namun, kita semua tetap ikut serta bertanggung jawab mengurangi peluang dan dampak korupsi.
Skandal terbesar kemanusiaan terbesar justru terjadi di bidang filsafat. Immanuel Kant, pemikir abad 19, mengakui keberadaan skandal terbesar ini. Kemudian, Heidegger, pemikir abad 20, mengkonfirmasi hal yang sama berkenaan skandal terbesar ini. Russell, pemikir abad 20, mencoba memberi solusi dari skandal ini. Tampaknya, Russell tidak bisa terlalu mengandalkan solusinya. Karena skandal ini memang benar-benar skandal besar.
Dunia Obyektif
Bagi orang pada umumnya, bahkan bagi saintis, skandal filsafat ini tidak mudah dipahami. Bahkan bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Tetapi bagi orang yang penasaran dengan pemikiran filosofis, skandal ini benar-benar menantang.
Skandal terbesar filsafat adalah: bagaimana membuktikan keberadaan dunia obyektif, alam eksternal yang nyata, yang benar-benar ada di luar pikiran manusia?
Kita mudah menjawab, alam eksternal benar-benar ada. Terbukti. Ada meja, ada kursi, ada pohon, ada anak, ada istri, dan ada lain-lainnya. Bahkan ada uang dan ada utang. Lengkap dengan tukang tagihnya yang mengerikan itu. Jelas itu semua terbukti.
Secara filosofis, beragam bukti di atas bisa diragukan. Ada asumsi, atau keyakinan tertentu, di balik bukti-bukti di atas. Meski demikian, para pemikir besar dunia, umumnya mengakui adanya alam eksternal secara obyektif – meski pun masih skandal.
Dunia Simulasi
Salah satu sikap ekstrem adalah pandangan para idealis: sejatinya tidak ada dunia di luar sana, itu semua hanya ada dalam pikiran manusia.
Russell mengakui bahwa pandangan para idealis ini sulit diterima oleh akal pada umumnya. Tetapi Russell juga mengakui bahwa kita tidak bisa membantah argumen para idealis itu dengan sempurna. Karena semua argumen kita perlu pijakan dan pijakan itu bisa dianggap oleh mereka, oleh kaum idealis, hanya ada dalam pikiran manusia belaka.
Rumusan kontemporer pemikiran idealis bisa berupa dunia simulasi. Yaitu pandangan yang menganggap bahwa seluruh dunia yang kita ketahui ini adalah hanya simulasi komputer yang super canggih. Hanya dunia simulasi belaka. Tentu, sulit diterima akal. Tetapi kita tidak bisa membuktikan kesalahan mereka. Karena setiap bukti yang kita ajukan bisa dianggap sebagai salah satu bentuk simulasi itu sendiri.
Lagi pula, jaman sekarang, manusia sering terjebak dalam dunia simulasi. Manusia terjebak oleh jaring-jaring digital. Media sosial tengah menguasai hidup manusia. Simulacra, simulasi atas simulasi, makin berkembang biak. Sulit menemukan mana palsu atau asli. Atau memang yang asli tidak lagi berarti.
Solusi Hermeneutik
Heidegger mengajukan solusi berupa pendekatan hermeneutik yang interpretif. Solusi logika biasa memang akan kandas. Lantaran manusia tidak bisa dipisahkan dengan dunia luar. Sejak ada manusia maka pasti ada dunia luar itu. Maka usaha untuk menganggap, mula-mula, tidak ada dunia luar lalu dibuktikan ada dunia luar, akan sia-sia. Selalu bisa dibantah oleh mereka yang keras kepala – lengkap dengan logika yang konsisten pula.
Dunia luar itu, benar adanya sebagai sesuatu yang nyata, sesuatu yang real. Tetapi dunia luar, meski nyata, adalah dunia yang kering, gersang, dan miskin – relatif terhadap cahaya. Maka manusialah yang menciptakan realitasnya sendiri, menciptakan kenyataan. Manusia yang memberi makna pada setiap kejadian di luar sana, dan kejadian di dalam sini. Manusia adalah cahaya bagi dunia.
Kita bisa memisalkan ada kamar yang gelap gulita, lengkap dengan berbagai perkakas di dalamnya. Kemudian terdapat percikan cahaya yang menjadikan berbagai macam benda di kamar itu tampak berwarna. Tanpa cahaya, memang ada beragam benda di dalam kamar gelap itu. Mereka adalah nyata, real. Manusia adalah bagaikan percikan cahaya itu. Yang menjadikan berbagai macam benda menjadi berwarna adalah adanya kilatan cahaya manusia. Manusia menciptakan realitasnya sendiri, menciptakan kenyataan, di antara benda-benda yang memang ada dan nyata.
Dunia dalam Manusia
Kita biasa memahami bahwa manusia ada di dalam dunia. Kali ini kita juga bisa menyatakan bahwa dunia ada di dalam manusia. Manusia-dalam-dunia adalah nyata, real. Badan manusia, secara nyata berada dalam dunia yang nyata ini. Sedangkan dunia-dalam-manusia adalah realitas dunia berada dalam realitas manusia, itu adalah kenyataan.
Jika kita kembali menengok kasus korupsi tentu itu memilukan hati. Secara nyata perilaku korupsi merugikan masyarakat, itu adalah real. Sedangkan dari realitas, korupsi merugikan jati diri pelakunya sendiri, itu adalah kenyataan.
Mari jaga diri dari korupsi. Apa lagi dari korupsi diri sejati.
Bagaimana menurut Anda?