Terus-menerus tanpa batas. Itulah kehendak bebas. Menerobos possibilitas, menapaki probabilitas.
Kehendak (will) teruji mendorong manusia meraih pencapaian di luar batas-batas imajinasi. Manusia mampu mendarat di bulan, menyelami dasar lautan, berbincang-bincang dengan kawan yang terpisah jarak 7 000 km dengan realtime. Kehendak adalah elemen fundamental pertama dari struktur manusia sejati, hana. Energi sejati yang tidak pernah punah. Bahkan terus diperbaharui.
Mulai di bagian ini, dan tiga bagian berikutnya, kita akan membahas empat elemen struktur fundamental manusia – kehendak, kekuatan, sains, dan sign. Pertama, kita akan membahas secara teoritis dan spekulatif. Kedua, kita mencoba menyusun ide-ide praktis sehingga kita dapat langsung mempraktekkan di setiap kesempatan. Dan ketiga, kita akan mencoba refleksi untuk mengkaji lebih dalam lagi.
Teori Kehendak Bebas
Sejak awal sejarah manusia, para pemikir besar, meyakini bahwa kehendak bebas adalah energi pendorong kemajuan peradaban manusia. Tetapi kehendak manusia, juga, sebagai sumber beragam penderitaan manusia. Baik penderitaan diri sendiri atau bahkan menyebabkan penderitaan terhadap banyak orang lain. Maka membahas dengan cermat masalah kehendak ini menjadi penting untuk menjamin hana bergerak ke arah yang lebih baik.
Sejak jaman Socrates-Plato-Aristoteles, sekitar abad ke 4 sebelum masehi, umat manusia meyakini bahwa hana memiliki kehendak bebas. Lalu berlanjut ke jaman Farabi-Ibnu Sina-Sadra, mereka, juga meyakini tentang kehendak bebas manusia. Tantangan muncul ketika sains modern mulai bersemi dengan proyek pencerahan. Pemahaman deterministik berkembang, meyakini bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas. Sebelum jaman sains modern, memang ada beberapa pemahaman deterministik tetapi selalu bisa dikompromikan dengan baik.
Sains Modern
Isaac Newton, pemikir abad 17, memanfaatkan matematika dengan cermat untuk ekplorasi fenomena alam. Ketepatan analisis Newton ini menjadi tonggak revolusi sains modern. Kita jadi mengenal sains eksak dan teknologi sebagai penerapannya. Karena bersifat eksak maka deterministik. Segala sesuatu bisa diketahui secara pasti nasibnya di masa depan bila kita memperoleh data-data yang diperlukan.
Konsekuensinya, masa depan manusia juga bisa dipastikan menggunakan sains eksak. Tentu banyak pemikir besar tidak setuju dengan cara pandang deterministik seperti itu. Keunggulan sains eksak adalah bisa diuji berkali-kali, oleh orang-orang yang berbeda, dan memberikan hasil yang konsisten. Bahkan dengan sains eksak ini umat manusia berhasil mengembangkan teknologi mesin pabrik, mesin motor, kereta api, mesin telekomunikasi, komputer, dan teknologi digital.
Maka, ketika, sains modern mengklaim bahwa seluruh alam semesta bersifat deterministik, itu adalah klaim yang benar-benar serius. Meski Newton sendiri tampaknya tidak pernah mengklaim sifat deterministik dari alam semesta. Immanuel Kant, pemikir abad 18, menyadari konsekuensi sains eksak dan mencoba merumuskan ulang kehendak bebas manusia.
Antinomi Kant
Wawasan luas dan ditunjang kecerdasan yang tinggi mengantarkan Kant berhasil menyusun ulang sistem pemikiran, moral, dan penilaian. Sistem moral yang kokoh, menurut Kant, perlu memastikan bahwa manusia memiliki kehendak bebas. Dengan kehendak bebas ini maka manusia mampu mengejar cita-citanya. Dan konsekuensinya, manusia bertanggung jawab atas semua tindakannya karena didasarkan pada kehendak bebas dirinya.
Kant melanjutkan cara berpikir dualisme dari Descartes, pemikir abad 17, yang menyatakan bahwa di alam semesta ini ada dua substansi paling mendasar. Pertama, substansi fisik yang diatur oleh hukum-hukum sains. Dan kedua, substansi jiwa yang terbebas dari hukum sains. Kedua substansi tersebut – fisik dan jiwa – saling tidak berhubungan. Atau, setidaknya, kita tidak tahu bagaimana hubungan antara jiwa dan badan manusia.
Ketika Kant mengkaji alam semesta, termasuk badan manusia, terbukti bahwa alam semesta tunduk kepada hukum-hukum alam yang deterministik, sesuai penyelidikan sains. Hukum kausilatas, misalnya, berlaku dengan tegas. Sementara, ketika Kant mengkaji jiwa manusia, dia menemukan bahwa jiwa manusia diatur oleh hukum-hukum yang berbeda. Jiwa manusia bebas dari hukum alam. Jiwa manusia memiliki kebebasan berkehendak. Dua sudut pandang ini, jiwa yang bebas dan badan yang deterministik, tidak bisa disatukan. Tidak ada cara untuk memutuskan mana yang paling benar. Tidak ada sinstesa antara keduanya. Maka hal ini disebut sebagai antinomi atau paradox.
Sementara itu, Kant sendiri meyakini bahwa manusia benar-benar memiliki kehendak bebas. Bahkan jiwa manusia tetap abadi walau setelah badan manusia mati. Keyakinan ini sejalan dengan pemikir-pemikir besar sepanjang masa dari Plato, Aritoteles, Ibnu Sina, Ibnu Arabi, Sadra, Descartes, dan lain-lain.
Pemikir-pemikir setelah masa Kant mencoba mencari solusi dari antinomi Kant itu. Di antaranya, yang akan kita bahas, adalah Bergson dengan konsep durasi dan Sartre dengan konsep negasi.
Durasi Bergson
Konsep durasi dari Bergson, menurut saya, adalah solusi terbaik untuk menjelaskan hubungan kehendak bebas manusia dengan alam semesta. Terbukti pemikiran Bergson mewarnai pemikiran dunia sepanjang abad 20 di paruh pertama. Saya sendiri melihat konsep durasi ini sangat tepat menggambarkan berbagai macam perilaku hana, manusia sejati, yang unik. Yang berbeda dengan perilaku segala sesuatu di alam semesta, ruang semesta.
Manusia sejati, hana, benar-benar memiliki kehendak bebas, sebebas-bebasnya.
Kita tahu hukum alam bersifat deterministik. Bahkan badan kita terkena hukum alam yang deterministik itu, tidak ada kebebasan. Sel-sel otak manusia juga patuh kepada hukum kausalitas alam deterministik. Namun manusia punya durasi yang terbebas dari pengaruh seluruh alam. Ketika alam, yang deterministik, mengenai manusia maka manusia punya waktu, punya selang waktu, punya durasi. Di dalam durasi ini, hana mempunyai kehendak bebas. Hana bebas menentukan sikapnya terhadap alam dan terhadap lainnya. Alam semesta sama sekali tidak bisa mengganggu durasi maka durasi benar-benar bebas.
Misalkan ada seseorang mengejek kita. Maka kita punya durasi terhadap ejekan itu. Dalam durasi itu kita bebas untuk memilih membalas ejekan, merasa sakit hati, memaafkan orang yang mengejek, justru bersemangat, atau lainnya. Bebas. Jadi manusia benar-benar berkehendak bebas.
Barangkali durasi, selang waktu, bisa kita hitung 1 detik, 2 detik, atau lainnya. Namun angka-angka semacam itu bersifat kuantitas, lebih tepat untuk gambaran ruang. Sedangkan durasi adalah waktu yang bersifat kualitas. Meski pun sama-sama 7 detik, misalnya, kualitas waktu seseorang dengan orang lainnya bisa berbeda-beda. Dan kualitas durasi terus bertambah makin kuat intensitasnya. Masing-masing hana memiliki kemampuan unik untuk mengakses durasi. Makin mahir mengakses durasi maka makin terbebas seseorang dari determinasi alam sekitar. Orang tersebut makin memiliki kebebasan yang besar.
Negasi Sartre
Saya yakin Sartre adalah pemikir abad 20 yang paling ekstrem mendukung kebebasan, freedom. Sartre mendefinisikan hana, manusia, adalah kebebasan dan kebebasan adalah manusia.
Sartre mengaku bahwa ia terinspirasi oleh Bergson dan ingin memecahkan antinomi Kant tentang kehendak bebas manusia. Dengan definisi manusia adalah kebebasan maka Sartre sudah mengumumkan tidak ada masalah dengan kehendak bebas manusia. Sartre lebih suka menggunakan istilah kebebasan (freedom) dari pada kehendak bebas (free will). Kita akan mencoba memahami bagaimana Sartre sampai kepada kesimpulan bahwa manusia adalah kebebasan.
Sartre menerapkan fenomenologi Husserl yang menyatakan kesadaran manusia selalu bersifat intensional, yaitu selalu merupakan “kesadaran akan sesuatu.” Sesuatu yang menjadi obyek kesadaran adalah sesuatu yang lain, bukan kesadaran itu sendiri. Selanjutnya, Sartre mengeksplorasi ketiadaan. Saya memilih istilah orano untuk ketiadaan ini. Ada dua jenis orano yaitu orano absolut yang benar-benar tidak ada maka tidak perlu dibahas. Dan, orano kedua, adalah orano konkret atau spesifik yang penuh makna dan guna.
Contoh orano konkret, ketiadaan konkret, adalah tidak punya uang, ketiadaan uang. Dampaknya jelas dapat kita rasakan. Ketika hendak membeli minuman, ternyata, tidak ada uang maka kita gagal membeli minuman. Contoh kedua, orano konkret, adalah tidak adanya lubang di jalanan. Maka kita dapat melaju di jalan itu dengan lancar karena ketiadaan lubang. Masih banyak contoh-contoh orano yang dapat kita berikan: ketiadaan virus, ketiadaan bahan bakar, ketiadaan data, dan lain-lain.
Orano memang bersifat negatif. Ketiadaan. Negasi. Tetapi peran orano benar-benar nyata.
Kesadaran manusia adalah orano yang bersifat me-negasi terus-menerus. Dan obyek dari kesadaran bukanlah dirinya sendiri. Maka kita ambil contoh bahwa saya adalah seorang guru. Ketika saya menyadari bahwa saya seorang guru maka saya me-negasikannya. Saya bukan guru itu. Kesadaran saya menolak lalu menyatakan saya adalah guru-2. Tapi begitu saya menyadari lagi maka saya menolak lagi, saya bukan guru-2, saya adalah guru-3, dan seterusnya.
Ketika saya menolak guru-2, saya bebas menyatakan bahwa saya guru-3 atau guru-5, atau guru-7, atau lainnya. Itulah kebebasan manusia, freedom. Dan, hanya manusia yang memiliki kebebasan. Beda dengan batu, misalnya. Dari berbagai macam sudut, batu menyatakan diri, “saya adalah batu.” Pada waktu berikutnya, “saya adalah batu.” Batu mengafirmasi dirinya sebagai batu. Batu tidak pernah menolak identitas dirinya sebagai batu. Tidak punya kebebasan. Batu demikian padat, sepenuhnya sebagai batu. Sedangkan manusia, hana, justru menolak dirinya. Aku bukan guru-5, aku bukan guru-7, aku adalah bebas.
Sartre sampai kepada kesimpulan, manusia adalah kebebasan dan kebebasan adalah manusia itu sendiri. Konsekuensi langsungnya adalah manusia mempunyai kehendak bebas yang nyata. Manusia bertanggung jawab penuh atas kehendak bebasnya itu.
Manfaat dan Resiko Kehendak
Kehendak bebas jelas bermanfaat bagi manusia sebagai energi, mendorong, untuk terus maju. Di saat yang sama, kehendak bebas juga berbahaya bagi manusia, berbahaya terhadap eksistensi dirinya dan yang lain. Apalagi di era digital, kehendak bebas makin besar manfaat dan bahayanya.
Kehendak bebas manusia digital. Di era digital, begitu mudahnya kita berkarya, berupa gambar, video, tulisan, musik dan lainnya. Mereka yang memanfaatkan kehendak bebas untuk berkarya di dunia digital benar-benar memperoleh berkah. Yang berniat bisnis, berdagang, berbagi ilmu, dan lainnya dengan mudah mengembangkan kehendak bebasnya melalui media digital. Teknologi digital mendorong kita, sebagai individu dan masyarakat, untuk terus mengembangkan kehendak bebas.
Resiko media digital tentu kita sudah paham. Ketagihan, kecanduan, dan penipuan adalah tiga resiko dari media digital yang menghancurkan kehendak bebas manusia. Ketagihan media digital mengubah kehendak bebas kita menjadi keterpaksaan digital. Bangun tidur ketagihan update status. Sebelum tidur ngobrol panjand di media sosial sampai lupa waktu tidur. Ketika di tempat kerja, curi-curi kesempatan untuk main media digital. Waktu makan dipenuhi dengan menatap layar digital. Tidak ada lagi kehendak bebas. Semua ditagih oleh ketagihan digital.
Kecanduan digital bisa lebih parah. Teknologi digital beda dengan teknologi lampu, misalnya. Teknologi lampu cenderung menurut terhadap perilaku manusia. Jika kita hendak menyalakan lampu maka tinggal kita nyalakan. Ingin memadamkan tinggal padamkan saja. Sedangkan teknologi digital, kita hendak meninggalkannya, dia tiba-tiba mengirim notifikasi. Terpaksa kita melihat notifikasi itu, lalu penasaran. Dikira cukup satu menit. Ternyata ada rekomendasi berita terbaru yang menggoda. Dari satu berita terbaru menyambung ke video-video lanjutan, ke obrolan-obrolan lanjutan, ke diskusi-diskusi tiada henti. Bukan 1 jam, bahkan 3 jam bisa berlalu begitu saja. Kecanduan digital telah menyingkirkan kehendak bebas manusia.
Kita bukan sedang berhadapan dengan laptop atau handphone. Di ujung sana ada kecerdasan buatan, artificial intelligence. Mesin super cerdas, yang bertugas, membuat Anda kecanduan digital. Ada juga perusahaan besar yang mengeruk keuntungan atas kecanduan Anda. Bahkan politikus juga bisa bermain di ujung sana. Anda bukan berhadapan dengan mesin ketika menatap media digital. Anda berhadapan dengan raksasa perkasa yang siap merampas kehendak bebas Anda.
Kasus penipuan melalui media digital terjadi di mana-mana. Kehendak bebas sudah terlepas. Bagai hipnotis yang mengintai setiap saat. Saya tidak perlu memberi contoh untuk kasus penipuan, hoax, sampai kriminal.
Kehendak bebas untuk mempertahankan diri. Hana peduli untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Rasa lapar, nafsu makan, adalah manifestasi kehendak bebas untuk mempertahankan diri. Kita makan nasi, buah, sayuran dan lain-lain untuk menjaga tubuh sehat. Di saat yang sama, kita menikmati rasa makanan itu, menambah bahagia manusia sejati, hana. Berbeda halnya dengan lampu. Lampu tidak punya kehendak untuk mengisi energinya, batere-nya. Ketika energi lampu akan habis, baterieatau pulsa token, lampu diam saja dan akhirnya bisa mati. Tetapi manusia punya rasa lapar dan rasa nikmat terhadap makanan. Kita berhasrat, berkehendak, kepada makanan.
Kehendak terhadap makanan mengandung resiko. Hana perlu mengkonsumsi makanan pada batas-batas keseimbangan. Orang yang terlalu suka manis, misalnya, beresiko terserang sakit kencing manis. Bukan eksistensi hana yang terjaga dari makanan tersebut, justru penyakit kencing manis mengancam eksistensi hana. Kurang makan, kurang gizi, juga mengancam eksistensi hana. Resiko maag, tipus, busung lapar dapat berakibat fatal terhadap eksistensi hana. Manusia butuh makanan, menghendaki makanan, dalam batas-batas keseimbangan yang tepat.
Kehendak bebas mengetahui. Barangkali Anda pernah penasaran dengan suatu informasi atau pengetahuan? Rasa ingin tahu terhadap sesuatu adalah manifestasi dari kehendak manusia. Kita menghendaki, menginginkan, pengetahuan. Ada yang ingin memecahkan suatu teka-teki, ada yang ingin tahu hasil akhir dari suatu pertandingan, ada yang ingin tahu pertumbuhan tanaman di kebun dan lain-lain. Saya, pernah, ingin menemukan cara menghitung teorema Pythagoras dengan mudah. Lalu saya mengembangkan berbagai cara dan menemukan rumus cepat teorema segitiga ganjil dan genap. Masing-masing orang bisa saja berhasrat terhadap jenis-jenis ilmu pengetahuan yang berbeda-beda.
Hasrat terhadap pengetahuan juga mengandung resiko. Seseorang yang ingin mengetahui sesuatu yang tidak pantas diketahui maka itu bisa berbahaya. Misalnya, mengetahui urusan pribadi orang lain adalah tidak pantas dan bisa merugikan banyak pihak. Dengan media digital, resiko ini semakin besar. Mencuri tahu nomor pin dan password orang lain bahkan bisa diancam pidana. Pengetahuan untuk merusak lingkungan juga tidak diperlukan bagi kalangan umum. Meskipun kita, hana, punya kehendak bebas untuk mengetahui segala sesuatu maka pengetahuan itu perlu dalam batas-batas keseimbangan. Hal ini justru untuk menjaga eksistensi hana secara pribadi atau pun bermasyarakat.
Kehendak bebas untuk berkarya. Barangkali Anda pernah merasakan ingin sekali untuk memberikan sesuatu yang bermakna? Hasrat ingin berkarya atau memberi sesuatu yang bermakna adalah manifestasi kehendak hana. Seorang ibu ingin menyiapkan masakan yang enak buat seluruh keluarga. Seorang guru ingin mengajarkan pelajaran yang penting ke siswanya. Seorang seniman ingin menghasilkan karya seni. Seorang bapak ingin memberikan fasilitas buat keluarga untuk tumbuh berkembang. Seorang presiden ingin negerinya lebih adil dan makmur. Dan masih banyak contoh lagi yang menunjukkan bahwa hana punya kehendak untuk memberi.
Hasrat untuk memberi tetap harus dijaga dalam batas-batas keseimbangan eksistensial hana. Seorang bapak yang ingin memberikan fasilitas terbaik untuk keluarga bisa saja melampaui batas terlalu banyak bekerja. Sehingga ia bisa jatuh sakit. Bukan eksistensi hana yang terjaga tapi justru resiko mengganggu eksistensi bapak itu sendiri. Seniman yang berhari-hari tidak tidur karena sedang tenggelam dalam berkarya juga beresiko secara eksistensial. Maka apa pun bentuk hasrat kita untuk memberi tetap perlu dalam batas-batas keseimbangan.
Kehendak bebas spiritual. Masing-masing hana bisa memiliki hasrat pengembangan spiritual yang unik. Hasrat ini juga merupakan manifestasi kehendak bebas. Baik orang yang beragama mau pun tidak beragama mempunyai cara-cara tersendiri mengembangkan sisi spiritual. Asyiknya berselancar dalam dunia spiritual tetap perlu memperhatikan batas-batas keseimbangan.
Kehendak bebas cinta. Manifestasi kehendak bebas cinta mengambil bentuk yang beragam. Bahkan tersebar dari bentuk ekstrem terbaik sampai bentuk ekstrem terburuk. Maka menjaga batas-batas cinta menjadi penting di sini. Ekstrem terbaiknya adalah cinta mengantarkan hana rela berkorban untuk eksistensi alam semesta. Sementara ekstrem terburuknya, hasrat cinta, mendorong manusia memperkosa pihak lain sampai kehilangan eksistensi hana. Sejatinya, cinta adalah untuk menjaga eksistensi hana.
Langkah Praktis Mengembangkan Kehendak Bebas
Kehendak bebas, meski benar-benar bebas, tetap perlu memperhatikan batas-batas. Di bagian ini, kita akan membahas langkah-langkah praktis mengembangkan kehendak bebas. Langkah-langkah ini saling berhubungan dengan elemen-elemen fundamental hana lain – power, sains, dan sign. Hal ini menunjukkan hakekat dari hana, manusia, adalah satu kesatuan yang utuh.
Kehendak Digital
Memastikan manusia digital adalah yang mengendalikan dunia digital. Bukan dikendalikan oleh dunia digital.
1. Pilih konten-konten digital yang bermuatan positif. Kunjungi secara rutin, setiap hari atau 2 sampai 3 kali sehari, konten positif yang menginspirasi Anda untuk terus mengembangkan cita-cita luhur.
2. Gunakan media digital untuk berbagi konten positif milik Anda. Bukan hanya share konten orang lain.
3. Akses media digital hanya ketika Anda menghendaki. Bukan karena ketagihan atau kecanduan.
4. Batasi waktu Anda dalam mengakses media digital. Masing-masing orang punya batasan waktu yang berbeda. Mereka yang bekerja di dunia digital perlu waktu lebih banyak dari mereka yang bekerja di lapangan. Pertimbangkan waktu Anda yang paling tepat.
5. Matikan sambungan internet bila tidak diperlukan. Hidupkan internet ketika Anda merasa perlu akses. Cara ini efektif meski tidak harus terus-menerus diterapkan.
Kehendak Dunia Fisikal
Mengendalikan kehendak bebas di dunia fisikal. Dunia fisikal adalah modal bagi hana, bukan penghalang.
1. Jaga nutrisi, makanan Anda secara seimbang. Batasi. Jangan berlebih dalam urusan makan dan minum. Meski Anda masih berhasrat terhadap makanan, hentikan, bila sudah cukup.
2. Jaga kesehatan fisik, badan, Anda. Buat jadwal rutin olahraga harian dan mingguan. Peregangan dapat Anda lakukan tiap pagi dan sore. Sedangkan olahraga mingguan, barangkali yang agak berat, satu sampai tiga kali tiap minggu. Perhatikan batas-batas kemampuan olahraga, jangan berlebih. Apalagi olahraga yang berhubungan dengan hobi.
3. Imbangi kegiatan fisik Anda. Anda yang sering terlalu lama duduk di depan komputer maka perlu lebih sering jeda untuk menggerakkan anggota badan. Anda yang pengrajin mengandalkan tangan dan kekuatan pinggang perlu mengimbangi kegiatan fisik yang sesuai. Saya, yang sering bulutangkis, maka perlu mengimbangi kelebihan mengandalkan kekuatan tangan kanan.
4. Tidur yang cukup. Barangkali belum ada hasil riset yang memastikan jumlah jam ideal untuk tidur. Tetapi sudah cukup banyak bukti bahwa kurang tidur sama buruknya dengan kebanyakan tidur. Anda dapat memperkirakan kebutuhan waktu tidur Anda sendiri. Umumnya, kisaran 4 jam sampai 8 jam dipandang sebagai rentang moderat.
5. Irama fisik. Istirahat sama pentingnya dengan bekerja. Maka temukan irama paling tepat berapa porsi dan kapan bekerja, olahraga, wisata, bermasyarakat, ibadah dan lain-lainnya. Irama ini akan membantu Anda tetap punya kendali terhadap kehendak bebas.
Kehendak Intelektual
Secara intelektual, hana ingin – berkendak – untuk terus bergerak maju. Berikut ini beberapa langkah praktis berkembang secara intelektual.
1. Targetkan setiap pekan membaca satu buku berkualitas – selesai atau hampir selesai. Buku berkualitas bisa Anda baca berulang kali. Pembacaan yang sekarang akan berbeda makna dengan pembacaan tiga bulan lalu.
2. Membaca buku secara online atau digital. Khususnya tema-tema yang bersifat ensiklopedis lebih menguntungkan melalui media online, update-update terbaru dengan cepat tersedia. Tautan-tautan yang saling merujuk memudahkan pemahaman secara utuh.
3. Membaca artikel-artikel ilmiah. Secara online, saat ini, tersedia banyak artikel ilmiah berkualitas sesuai minat Anda. Anda bisa saja berlangganan yang berbayar. Tersedia juga yang versi gratis.
4. Belajar bahasa internasional. Berbagai macam buku tersedia dalam bahasa aslinya atau sebagiannya dalam bahasa internasional. Maka penting bagi kita untuk belajar bahasa inggris, arab, mandarin, dan lainnya sesuai minat.
5. Membaca kitab suci tiap hari. Bagi Anda yang beragama bisa langsung membaca kitab sucinya. Bagi Anda yang tidak beragama barangkali bisa memilih beberapa kitab suci yang sesuai.
Kehendak Emosional
Manusia selalu dalam mood. Jika hana menolak satu mood maka ia akan berada dalam mood yang lain. Mood adalah apriori bagi manusia. Berikut adalah beberapa langkah praktis mengembangkan kehendak bebas yang berhubungan dengan emosi – dan mood.
1. Setiap pagi, bangun tidur, pastikan bersyukur atas karunia eksistensi kita. Sewaktu-waktu, eksistensi manusia bisa hilang. Maka rasa syukur adalah yang pantas bagi setiap manusia dalam mengawali hidupnya. Ulangi afirmasi syukur atas eksistensi ini siang, malam hari, dan lebih sering lebih baik.
2. Temukan cara untuk mensyukuri diri Anda, badan dan mental, tiap saat, apa adanya. Rasa syukur ini membuka gembok-gembok kehendak bebas Anda.
3. Kembangkan optimisme mengantisipasi masa depan. Kuatkan keteguhan hati, dan sabar, menjalani saat ini menuju masa depan.
4. Nikmati karya seni misal musik, syair, novel, atau lainnya untuk meneguhkan hati, menguatkan emosi. Dengan media digital tersedia banyak rujukan karya seni yang bisa kita konsumsi.
5. Bangun hubungan baik dengan orang-orang terdekat Anda, untuk kemudian meluas.
Kehendak Spiritual
Kita dapat mengembangkan kehendak spiritual dengan menjalankan ritual keagamaan masing-masing dengan menambah kekuataan penjiwaan aspek batin bersamaan aspek lahirnya. Barangkali ada juga yang berminat mengembangkan metode tertentu untuk aspek spiritual. Saya tidak terlalu banyak menjelaskan pengembangan kehendak spiritual di bagian ini karena seluruh bagian buku ini dimaksudkan untuk pengembangan kehendak spiritual itu sendiri.
Refleksi Kehendak Bebas
Kajian mendalam menunjukkan bahwa manusia digital menghadapi tantangan yang berbeda dengan manusia tradisional. Sebelum era digital, masalah kehendak bebas nyaris hanya urusan masing-masing personal. Orang lain tidak bisa mengganggu kehendak bebas kita sebagai manusia sejati, hana. Sementara di era digital, kehendak bebas banyak orang, tenggelam dalam lautan media sosial. Mereka dengan sukarela menenggelamkan diri. Atau tanpa sadar ditenggelamkan ke dasar lautan.
Meski demikian, kehendak bebas tetaplah kedendak bebas. Bebas dalam arti sebebas-bebasnya.
Hanya saja, pertama-tama, kita perlu mewaspadai media digital. Jangan sampai terjebak. Yang awalnya, media digital sebagai alat bagi manusia untuk bergerak lebih maju, maga, maka tetap kita posisikan sebagai alat. Kali ini, media digital kita manfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kehendak bebas hana dan kehendak bebas umat manusia.
Kehendak bebas, dalam situasi apa pun, perlu terus kita rawat sebagai sumber energi sejati yang tidak pernah habis, tidak pernah berhenti.
Pada bagian selanjutnya kita akan membahas elemen kedua struktur fundamental manusia digital yaitu power, kekuatan manusia.
Tinggalkan komentar