“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 29 : 45)
Takwa memang ada di persimpangan. Titik temu. Sholat, salah satu bentuk takwa, adalah titik temu alam semesta dan Sang Pencipta. Petemuan horisontal dengan vertikal. Ada dalam diri manusia.

1. Mencegah Mungkar
2. Sekular Vs Takwa
3. Puasa Tawakkal
Seorang manusia, dan komunitas, menghadap kepada Sang Khalik. Menengadahkan tangan dan hati ke atas, vertikal. Kita, seharian, mengitari bumi, pengembaraan horisontal, sejenak, terbang ke langit. Melapor dan mengadu. Mohon bimbingan dan pertolongan.
1. Mencegah Mungkar
Pasti. Sholat itu mencegah dari tindakan keji dan mungkar. Sholat yang benar. Bila tidak begitu, artinya ada yang salah dalam sholat orang tersebut.
Kita, manusia, adalah mahkluk yang unik, paling sempurna. Manusia tercipta dari tanah – semua unsur horisontal. Di saat yang sama, manusia menerima tiupan Ruh Allah – unsur vertikal. Dalam sholat, kita kembali mempertemukan horisontal dan vertikal itu dalam satu titik temu: jiwa manusia.
Manusia jatuh bangun mengukir prestasi dengan takwa. Berbagai kesulitan terus kita tembus. Demi membangun bumi ini. Kesulitan ekonomi kita cari solusi. Kesenjangan sosial kita rumuskan. Lalu kita pecahkan. Ketimpangan politik, ketidakadilan, penindasan, kita perangi dengan membangun sistem yang adil. Kebodohan kita terangi dengan sistem pendidikan yang mencerdaskan otak dan hati nurani. Sungguh besar tugas untuk bertakwa ini.
Tugas bertakwa makin kompleks dengan datangnya era digital serba online. Teknologi canggih ini berpeluang untuk meningkatkan keadilan. Nyatanya, hanya segelintir orang meraup berjuta keuntungan dari medsos. Sementara berjuta orang lainnya hanya jadi penonton. Penonton yang mebayar mahal dengan waktu dan kuotanya – serta hidupnya. Orang bertakwa bertugas mengarahkan kembali dunia digital ke jalan yang lurus. Bukan tugas yang mulus. Tapi harus.
Dalam menjalani tugas yang berat itu, manusia mendapat jalan kekuatan khusus dari Allah yaitu sholat. Manusia menghadap Allah dalam sholat. Melaporkan semua tugas menjalankan takwa yang begitu besar – alam semesta horisontal. Dengan menegaskan kembali komitmen vertikal, mengabdi kepada Allah.
“Kepada Mu kami mengabdi dan kepada Mu kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS 1 : 4-5)
Selama umat manusia menjalani sholat dengan baik maka mendapat bimbingan langsung dari Allah, lengkap dengan pertolonganNya. Dalam mengejar prestasi, manusia mengalami beragam cobaan. Serakah, jalan pintas, main belakang dan lainnya. Semua godaan bisa mengarah ke tindakan keji dan mungkar. Dengan sholat, maka perjuangan umat manusia terjaga dari perbuatan keji dan mungkar.
Kita mengawali sholat dengan mengakui keagungan Allah, Allah Maha Besar, memperkuat komitmen vertikal. Dan mengakhiri sholat dengan salam, menebarkan damai keselamatan ke seluruh pelosok alam semesta, komitmen horisontal yang dijiwai komitmen vertikal.
2. Sekular Vs Takwa
Dunia Barat mengalami kemajuan pesat – ekonomi, politik, sains teknologi – dengan program sekularisasi. Salah satu bentuknya adalah memisahkan klaim ajaran agama dari kepentingan umum. Beberapa negara lain, di berbagai belahan dunia, mencoba untuk menerapkan program sekularisasi. Tampaknya, tidak ada program sekularisasi yang berhasil di negara-negara Islam. Konsep dasar Islam adalah bertakwa – dan tawakkal. Program kemajuan peradaban manusia yang dijiwai nilai-nilai luhur spiritual.
Di Indonesia, ide sekularisasi pernah hangat pada tahun 1970an dan memunculkan polemik yang memanas. Cak Nur sendiri mengkaji bahwa ide sekularisasi di Indonesia terlalu mahal ongkos sosialnya. Sebaiknya kita tidak mengembangkan program sekularisasi di Indonesia.
Saya sendiri mengajukan program Indonesia Bertakwa. Indonesia berkomitmen mengejar prestasi dalam arti luas. Bertanggung jawab sesama umat manusia. Semua program takwa bisa dipertanggung-jawabkan dengan komunikasi rasional. Semua klaim takwa bisa kita diskusikan dengan cakrawala kemanusiaan yang beragam. Takwa mengajarkan umat manusia untuk menegakkan keadilan, menghormati perbedaan, dan menjadikan perdamaian bagi seluruh umat manusia.
3. Puasa Tawakkal
Guru ngaji saya menceritakan perbedaan takwa dan tawakkal. Takwa adalah program transformasi eksternal. Program mengolah seluruh alam semesta menjadi lebih baik demi kebaikan seluruh umat manusia dan alam semesta. Kita menjalani takwa dengan menjalani peran sebagai wakil Tuhan dalam mengelola alam. Semua ini tanggung jawab manusia, hakikat kemanusiaan.
Sementara tawakkal, masih menurut guru ngaji, adalah program menggarap sisi dalam, sisi diri internal kemanusiaan. Banyak rahasia diri dan Tuhan dalam petualangan tawakkal, berserah diri kepada Allah. Semua kebaikan, semua prestasi adalah milik Allah semata.
Kita perlu menerapkan konsep takwa dan tawakkal dengan tepat. Takwa adalah tanggung jawab kemanusiaan. Sementara tawakkal adalah rahasia bersama Tuhan.
Puasa adalah jalan bagi orang beriman untuk meningkatkan takwa dalam situasi yang sangat mendukung untuk tawakkal.
Bagaimana menurut Anda?
Tinggalkan komentar