“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS 66 : 6).
1. Pintu Surga
2. Pendidikan
3. Perjanjian Agung
4. Kompleks Oedipus
5. Pasangan Karir
Tidak setiap orang punya anak. Tetapi setiap dari kita pasti punya ibu dan bapak. Kita jauh lebih membutuhkan ibu dan bapak, dibanding kebutuhan mereka kepada kita. Kita berhutang budi, berhutang kebaikan, dan berhutang eksistensi kepada ibu dan bapak. Sebuah hutang yang tak pernah bisa kita lunasi. Pun kebaikan mereka selalu menyinari hati.

1. Pintu Surga
Tidak perlu repot-repot di mana menemukan pintu surga. Berbakti kepada ibu dan bapak adalah jalan pasti menuju surga, pintu surga yang terbuka lebar bagi setiap orang. Anda yang masih punya orang tua, yang masih hidup, manfaatkan baik-baik kesempatan untuk berbakti kepadanya, birrul walidain. Sedangkan bagi Anda yang orang tuanya sudah meninggal bisa senantiasa mendoakan mereka. Mengamalkan semua ilmu, nasehat baik, dari kedua orang tua. Melanjutkan berbagai macam amal baik orang tua.
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS 17 : 23)
Ibu merawat kita penuh cinta. Ketika kita nangis, waktu bayi, ibu memeluk dan mencurahkan kasih sayangnya. Semua yang kita butuhkan, ibu dan bapak memberikan sepenuh jiwa. Tiba gilirannya, kita merawat orang tua yang sudah usia senja. Berikan semua cinta kita, yang dianugerahkan oleh Allah melalui orang tua kita juga.
Jangan pernah mengeluh, sekalipun hanya ucapan “ah”. Jangan pula membentaknya. Kita hadir di dunia ini atas cinta dari kedua orang tua. Kita kembali ke akhirat, menuju surga, pun atas ridha kedua orang tua. Kita membutuhkan orang tua untuk hadir ke dunia dan kembali ke akhirat. Ucapkanlah perkataan, hanya, yang baik-baik saja. Hanya cinta yang ada.
2. Pendidikan
Pendidikan paling dasar, yang kita peroleh, adalah melalui orang tua. Pendidikan yang berupa contoh atau pun bahasa – yang penuh makna. Pada gilirannya, kita dewasa, sebagai orang tua, perlu mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya.
- Teladan. Anak-anak mudah belajar dari kita melalui contoh-contoh nyata. Anak-anak merekam dan menirukan semua yang dilakukan orang tuanya. Maka mari kita memberikan contoh hanya akhlak-akhlak yang mulia.
- Ibu dan Bapak sudah pasti adalah pendidik bagi anak-anaknya. Tentu saja bisa berupa pendidikan non-formal: belajar mendengar, mengamati, memahami, dan lain-lain. Dan yang paling penting adalah pendidikan agama. Orang tua mengenalkan kita tentang Maha Baik nya Tuhan. Orang tua mengajak kita beribadah bersama-sama. Sungguh pendidikan yang luar biasa.
- Kehendak bebas memilih. Salah satu pelajaran penting adalah kita perlu mendidik anak-anak untuk memilih kebaikan relatif terhadap pilihan lainnya. Dan anak-anak bertanggung jawab atas semua pilihan itu.
3. Perjanjian Agung
“Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS 4 : 21)
Suami-istri membangun rumah tangga dalam ikatan suci: perjanjian agung. Islam memandang ikatan keluarga sebagai sendi dasar membangun kehidupan sosial yang adil dan beradab. Sepanjang sejarah, umat manusia juga menyepakati peran penting keluarga dalam membina generasi penerus. Rumahku adalah surgaku.
4. Kompleks Oedipus
Tentu timbul beberapa anomali di sana-sini. Sigmund Freud adalah seorang ahli psikologi yang berhasil merumuskan sumber utama dari masalah manusia adalah kompleks Oedipus, di mana terjadi kecemburuan antara anak, ibu, dan bapak dalam suatu keluarga. Kompleks ini merasuk ke pikiran tak sadar manusia.
Deleuze dan Guattari mengoreksi pemikiran Freud dengan merumuskan Anti Oedipus. Deleuze menunjukkan bahwa yang lebih banyak jadi sumber masalah bagi manusia bukan seperti dirumuskan Freud, tetapi skizofrenia. Yaitu kompleks kehidupan sosial yang lebih luas. Deleuze memunculkan istilah hasrat-produksi yang merupakan titik temu Freud dan Marx.
Dari analisis di atas, kita bisa lebih yakin bahwa keluarga adalah benteng untuk melindungi krisis sosial. Di saat yang sama, keluarga adalah sumber dari kekuatan sosial itu sendiri. Keluarga yang harmonis adalah tumpuan kehidupan sosial yang sejahtera.
5. Pasangan Karir
Alam semesta itu berdiri tegak dengan berpasang-pasangan. Kita perlu menjaga keseimbangan alam dalam segala bidang.
Karir dan keluarga adalah pasangan yang seimbang bagi umat manusia. Manusia tidak bisa meraih salah satunya dengan cara mengorbankan yang lain. Kita perlu meniti karir maksimal dan, di saat yang sama, menjalani kehidupan keluarga yang bahagia. Begitulah, sejatinya, kehidupan manusia.
Guru ngaji saya sering mengingatkan, “Jangan sampai salah memanjat pohon.” Sudah puluhan tahun mengejar karir, sukses luar biasa, menyesal ketika pensiun tiba. Anak dan istri hidup berantakan, broken home. Tidak ada kebahagiaan yang tersisa.
Pilih dulu pohonnya. Lihat ujung akhirnya. Harmonis dalam karir dan keluarga. Jalani kehidupan detik demi detik diri Anda.
Bagaimana menurut Anda?
Alhamdulillah,bagus sekali temanya
SukaSuka
Alhamdulilah,,, semoga betmanfaat…🙏🙏🙏
SukaSuka