Takwa Ekonomi Manusia

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS 3 : 130)

Bertakwa di bidang ekonomi menjamin kita beruntung. Beruntung secara pribadi dan sosial. Masyarakat yang bertakwa saling menolong untuk mengembangkan ekonomi dan kebaikan. Dan tidak bekerja sama dalam keburukan. Mereka saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Keberuntungan orang yang bertakwa adalah berlimpah rejeki dari jalan yang tak disangka, selalu mendapat jalan keluar dengan cara yang kreatif. Pertumbuhan yang matang jasmani dan ruhani.

Wakaf untuk Kebangkitan Ekonomi Rakyat | Tarbawia

1. Ragam Bidang Takwa
2. Takwa Virtual sampai Aktual
3. Kerja Menciptakan Lapangan Kerja
4. Takwa Pendidikan
5. Takwa Kesehatan
6. Prinsip Takwa Ekonomi
6.1 Manusia Bekerja
6.2 Pilihan Kewajiban
6.3 Semua Sama
6.4 Perbedaan
6.5 Manusia Kosmos

Memang, ekonomi orang yang bertakwa lebih kreatif dengan adanya beberapa batasan. Berbeda dengan ekonomi liberal, misalnya, mereka boleh usaha dalam bidang apa saja asalkan legal. Ekonomi liberal bisa saja usaha di bidang judi, minuman keras, riba, atau lainnya. Sementara, ekonomi takwa tidak akan melakukan bisnis haram seperti itu. Bahkan makanan haram pun tidak boleh dikembangkan, misal jualan babi panggang, bipang. Meskipun, dalam situasi darurat, masih dibolehkan, misal untuk keperluan vaksin atau obat.

Batasan ekonomi takwa, yang tidak liberal, seperti menyulitkan pada tahap awal. Sejatinya, batasan itu justru menguntungkan dalam jangka panjang. Misalnya larangan bisnis judi. Awalnya seperti menyusahkan. Dalam jangka panjang judi merusak masyarakat. Bagi yang menang judi, mereka, berpesta-pora, melampaui batas, dan akhirnya kalah taruhan juga. Bagi yang kalah, hampir 100% penjudi adalah kalah, maka mereka bangkrut. Mereka frustasi. Mengambil jalan pintas penuh ilusi. Masyarakat menjadi lebih sehat tanpa bisnis judi. Batasan ekonomi takwa, benar-benar, untuk kebaikan bersama.

Pembatasan ekonomi takwa adalah anugerah kebaikan bagi kita semua. Membatasi diri dalam kegiatan ekonomi adalah ungkapan syukur manusia. Kegiatan ekonomi perlu terbatas, tetapi, rasa syukur dalam bidang ekonomi adalah tanpa batas. Rasa syukur adalah berlimpah. Demikian halnya dengan puasa. Puasa adalah pembatasan konsumsi pribadi. Awalnya, pembatasan oleh puasa tampak membebani. Akhirnya, puasa memberi kesehatan kepada manusia. Sehat jasmani, ruhani, dan sehat ekonomi. Kita bersyukur atas anugerah puasa. Kita bersyukur mampu berpuasa.

1. Ragam Bidang Takwa

Luasnya cakupan takwa tanpa batas. Sehingga setiap orang tidak pernah menganggur. Selalu ada pekerjaan untuk memperbaiki diri dan lingkungan. “Maka ketika selesai dengan satu pekerjaan bersegeralah ke pekerjaan berikutnya.”

Takwa merupakan tanggung jawab setiap pribadi untuk meraih prestasi dan memberi kontribusi. Sedangkan medan kerja takwa bisa bersifat pribadi dan sosial. Membaca buku adalah tanggung jawab pribadi sedangkan menaati aturan lalulintas merupakan contoh tanggung jawab sosial. Karena itu, diperlukan suatu aturan hukum dan lembaga agar proses takwa dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Takwa Virtual sampai Aktual

Kita bisa mengelompokkan takwa dalam kelompok virtual dan aktual. Di era digital ini, kita sudah akrab dengan istilah virtual. Benar saja kita bisa bertakwa di dunia virtual. Bahkan ide-ide kita, inovasi-inovasi yang masih berada dalam pikiran kita, untuk membangun negeri bisa kita masukkan sebagai takwa virtual. Sedangkan takwa aktual seperti bisa kita lihat sehari-hari, misalnya, membantu fakir miskin, berzakat, dan berjamaah.

3. Kerja Menciptakan Lapangan Kerja

Bekerja, barangkali, adalah tindakan takwa paling penting. Setiap orang harus bekerja. Setiap orang harus berpartisipasi positif untuk kemajuan alam semesta ini. Dan bekerja adalah bentuk partisipasi setiap warga.

Bisa kita bayangkan betapa besar nilai takwa bagi orang-orang yang menciptakan lapangan kerja. Maka para pengusaha yang takwa, benar-benar, meraih nilai keutamaan yang berlimpah.

4. Takwa Pendidikan

Untuk bisa bertakwa, kita memerlukan ilmu. Maka program pendidikan yang berkualitas dan bisa dijangkau oleh seluruh rakyat menjadi suatu keharusan. Inovasi pendidikan, pendidikan digital, tersedianya beasiswa secara luas, perlu terus dikembangkan.

Pendidikan dasar paling penting adalah matematika dan bahasa. Keduanya, matematika dan bahasa, bagaikan dua sayap yang mengantarkan putra-putri kita terbang tinggi. Sebaliknya, lemah dalam dua bidang ini, menjadikan generasi muda kalah bersaing. Gagal melamar kerja, mau pun, gagal berkarya. Tanpa sayap, mereka tidak bisa terbang.

Secara nasional, kita perlu merancang program pendidikan yang mendorong, dan menjamin setiap anak, menguasai matematika dan bahasa dengan kompetensi tinggi. Sehingga, generasi muda kita bisa ber-inovasi di bidang sains-teknologi serta cakap berkomunikasi dalam beragam bahasa. Saya mencoba merancang program belajar matematika yang mudah dan menyenangkan dengan metode APIQ, bisa diakses kapan saja, oleh siapa saja, melalui canel youtube.com/pamanapiq. Saya yakin, dengan komitmen tinggi menteri pendidikan dan presiden, maka pendidikan Indonesia akan segera melejit.

Kemampuan terpenting kedua, setelah matematika dan bahasa, adalah kecerdasan emosi. Kita perlu membekali anak-anak kita, melalui pendidikan, kemampuan mengelola emosi secara personal dan interpersonal. Anak-anak kita perlu mahir mengenali kapan mereka bosan, bagaimana cara mengubah bosan menjadi santai, bagaimana meningkatkan motivasi untuk meraih prestasi konsisten dan beragam jenis emosi pribadi lainnya. Sedangkan secara interpersonal, anak-anak perlu mahir bagaimana cara kerja sama dalam tim, cara negoisasi, dan cara sehat berkompetisi. Kecakapan emosi ini tidak perlu diteorikan secara rumit. Kecakapan emosi diajarkan melalui teladan dan sedikit arahan. Saya membahas tema kecerdasan emosi ini dalam buku saya Quantum Quotient: Kecerdasan Quantum.

Ketiga, kecakapan terpenting untuk anak kita, adalah kecerdasan spiritual. Anak kita mampu memaknai seluruh perjalanan hidup – dan matinya. Anak-anak kita berkomitmen untuk dinamis bergerak maju di jalur takwa. Lagi-lagi, kecerdasan spiritual, juga, tidak perlu diteorikan secara rumit. Kita hanya perlu mendidik anak-anak kita melalui teladan dan sedikit arahan.

5. Takwa Kesehatan

Kesehatan adalah dasar bagi setiap manusia agar bisa bertakwa dengan optimal. Maka menjaga kesehatan menjadi jalan takwa yang penuh makna. Riset dan inovasi di dunia kedokteran, teknologi medis, farmasi, dan lain-lain benar-benar bernilai penting.

6. Prinsip Takwa Ekonomi

Kita perlu merumuskan beberapa prinsip takwa ekonomi. Karena prinsip ekonomi yang umum, memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya, tidak berlaku lagi. Atau, setidaknya, prinsip seperti itu tidak bisa lagi menjadi yang utama. Kita perlu prinsip alternatif untuk takwa ekonomi. Berikut ini adalah beberapa prinsip terpenting.

6.1 Manusia Bekerja

Prinsip pertama adalah setiap manusia wajib bekerja. Ikan tercipta untuk berenang. Apa artinya ikan jika tidak boleh berenang? Burung tercipta untuk terbang. Apa artinya jadi burung bila tidak boleh terbang? Manusia tercipta untuk bekerja. Apa artinya manusia tanpa kerja?

Tentu saja, manusia bekerja secara manusiawi. Manusia menghasilkan nilai ekonomi melalui kerja yang sah, legal, dan bermartabat. Menghasilkan uang tanpa kerja perlu diselidiki. Memenangkan uang 100 M dari undian lotere atau judi, bukan dari kerja bermartabat, perlu diwaspadai. Meski uang besar dapat membeli banyak hal, 100 M itu, justru bisa merusak kemanusiaan. Ketagihan judi, tidak mau kerja keras, angan-angan kosong bisa meruntuhkan tatanan ekonomi.

Perlu tetap waspa jika uang 100 M itu Anda peroleh dari warisan, apalagi, dari korupsi. Lobi sana-sini demi korupsi, mencuri uang negara, bagaimana pun, bukanlah kerja yang bermartabat. Hal seperti itu akan merusak ekonomi serta kemanusiaan.

Setiap orang butuh kerja, produktif dan bermartabat, untuk menjadikan hidupnya bermakna – dan matinya. Bekerja bukan hanya untuk menghasilkan uang. Tetapi, bekerja adalah untuk menghasilkan manusia yang bertakwa.

6.2 Pilihan Kewajiban

Prinsip kedua, kita adalah manusia merdeka. Kita bebas memilih. Meski kita punya kewajiban bekerja, di saat yang sama, kita punya kebebasan untuk memilih jenis kerja produktif bermartabat. Beberapa orang bisa memilih menjadi pegawai negeri atau swasta, menjadi tentara, wirausaha, atlit, seniman, atau lainnya.

Setiap orang wajib memilih jenis kewajiban untuk berpartisipasi dalam tatanan ekonomi. Tentu saja, partisipasi ekonomi bisa bersifat langsung atau tidak langsung. Bisnis kuliner, misalnya, adalah kegiatan yang berpartisipasi ekonomi secara langsung. Sementara, menulis puisi adalah kegiatan yang berpartisipasi ekonomi secara tidak langsung. Pendidikan, umumnya, berpartisipasi ekonomi secara tidak langsung. Bagaimana pun keduanya, langsung dan tidak langsung, sama-sama merupakan kewajiban yang wajib dijalankan oleh anggota masyarakat.

6.3 Semua Sama

Prinsip ketiga, semua orang adalah sama. Setiap warga punya kedudukan yang sama untuk berpartisipasi, berkontribusi, secara ekonomi. Konstitusi menjamin hak setiap warga untuk meraih prestasi.

Orang miskin atau orang kaya, sama-sama, memiliki kedudukan yang terhormat dari sisi ekonomi. Mereka, orang miskin atau kaya, berhak untuk bekerja memajukan kehidupan ekonomi masyarakat. Konstitusi mengatur tatacara agar setiap anggota masyarakat bisa bekerja. Sementara, setiap anggota masyarakat wajib meningkatkan kemampuan dirinya sedemikian hingga mampu berkontribusi secara ekonomi dalam segala situasi.

6.4 Perbedaan

Prinsip keempat, mengakui perbedaan. Setiap orang memiliki minat dan bakat yang unik. Sehingga, wajar saja bila terjadi perbedaan di mana-mana. Perbedaan perlu diakui dan diterima sejauh itu memenuhi dua kriteria.

Pertama, perbedaan, bisa diterima jika, merupakan konsekuensi wajar dari penerapan kebebasan memilih. Seorang yang memilih bisnis kuliner tentu saja akan berbeda dengan orang lain yang bekerja di pertanian.

Kedua, perbedaan bisa diterima jika memberi dampak yang lebih baik kepada pihak yang lemah. Saat ini terjadi perbedaan. Kemudian, perbedaan ini akan berubah ke bentuk perbedaan baru. Maka perbedaan baru ini bisa diterima, jika, memberikan dampak yang lebih baik kepada pihak yang lemah.

Sebagai ilustrasi, terjadi inovasi pada perusahaan. Hasil inovasi ini berdampak naiknya kekayaan Bos bertambah 8 Trilyun rupiah. Pada saat yang sama, hasil inovasi ini, berdampak menurunnya penghasilan karyawan 1 juta rupiah, masing-masing, dari 1 juta karyawan yang ada. Perubahan perbedaan seperti itu tidak bisa diterima – meski sah secara legal.

Alternatifnya, barangkali, biarkan kekayaan Bos meningkat 6 T. Di saat yang sama, pendapatan karyawan juga meningkat 1 juta rupiah, masing-masing, dari seluruh 1 juta karyawan. Dalam kasus terakhir ini, perbedaan bisa diterima. Meski peningkatan kekayaan Bos jauh lebih tinggi, 6 Trilyun, tetapi pendapatan karyawan juga meningkat walau hanya 1 juta.

6.5 Manusia Kosmos

Prinsip kelima, adalah manusia kosmos atau anthrocosmos. Manusia, kita, adalah warga dari kosmos, alam raya. Di saat yang sama, kosmos alam raya adalah diri kita sendiri.

“Barang siapa berbuat baik maka untuk dirinya sendiri.”

Makrokosmos adalah pandangan yang menyatakan dunia luar, misal kegiatan ekonomi di restoran, adalah realitas di luar diri kita. Sehingga, kegiatan ekonomi yang baik pada restoran itu berdampak baik pada dunia luar. Tidak secara langsung berdampak pada alam dalam diri saya.

Mikrokosmos, justru, menyatakan dalam diri kita ada alam raya yang lengkap seperti alam raya di luar itu. Sehingga, kita perlu berbuat baik ke dalam diri kita sendiri. Kita perlu mengenal diri kita sendiri lebih mendalam.

Anthrocosmos, atau manusia kosmos, mengakui kedua realitas di atas. Di dunia luar memang ada kegiatan ekonomi di restoran, di saat yang sama, kegiatan ekonomi di restoran itu sejatinya adalah ada dalam diri kita sendiri. Sehingga semua kegiatan ekonomi yang baik, sejatinya, adalah kebaikan kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, perilaku buruk terhadap dunia luar, sejatinya, memperburuk diri sendiri.

Sebagai manusia kosmos, kita terus berjuang memberikan yang terbaik kepada sistem ekonomi masyarakat. Sekali waktu, kita berbuat salah adalah wajar. Kemudian, kita memperbaiki kesalahan dan menebus setiap kesalahan. Semua kebaikan ekonomi itu ada dalam diri kita.

Dengan lima prinsip ekonomi takwa di atas, maka prinsip mencari keuntungan sebesar-besarnya bukanlah yang paling utama. Barangkali, prinsip “mencari keuntungan terbesar” hanya bisa menjadi prinsip keenam atau lebih bawah lagi. Kita perlu mengembangkan takwa di bidang ekonomi. Dan, mengembangkan ekonomi sebagai manifestasi dari takwa.

Dan masih banyak medan takwa yang bisa kita ulas pada tulisan-tulisan selanjutnya.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: