“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Kita hidup di jaman digital. Kita akrab dengan dunia virtual. Bahkan bisnis virtual, saat ini, bisa lebih menguntungkan dari bisnis riil. Dalam hal takwa, kita juga perlu mempertimbangkan pentingnya takwa virtual, sebagai pasangan dari takwa aktual.

Ketika berbagi makanan untuk fakir miskin, misalnya, maka makanan tersebut adalah bentuk takwa aktual. Bentuk takwa yang benar-benar nyata. Makanan ini, bersifat aktual, penuh manfaat bagi fakir miskin. Tetapi bukan makanan ini yang bernilai tinggi. Yang bernilai tinggi adalah ketakwaan kita dalam proses berbagi itu. Dengan kata lain, takwa virtualnya (noumenal) adalah yang paling bernilai tinggi. Baik berupa niat, tulus, ikhlas, atau pun hanya mengharap ridha Allah semata.
1. Pasangan Tak Hingga
2. Dampak Sosial
3. Pemerintah Legal
4. Takwa Virtual
5. Virtual – Aktual – Noumenal
6. Takwa Real
Pada tulisan ini, kita akan mendiskusikan pasangan-pasangan takwa: personal-sosial, pemerintahan-legal, dan virtual-aktual.
1. Pasangan Tak Hingga
Analisis berpasangan membantu kita melihat realitas dengan lebih mudah – dibanding hanya satu sudut pandang saja. Kita perlu mempertimbangkan pro dan kontranya. “Segala sesuatu diciptakan dalam bentuk berpasang-pasangan.” Saya kira, Derrida adalah tokoh paling semangat untuk menganalisis pasangan “the others” untuk menemukan keadilan.
Di sini, kita memasangkan takwa virtual dengan takwa aktual dengan maksud yang sama, agar lebih mudah memahami. Meskipun, kenyataannya, takwa itu tunggal. Misalnya, kita berbagi zakat adalah aktivitas takwa yang tunggal. Kita dapat menganalisis bahwa zakat itu, misal berupa uang, adalah aspek takwa aktual. Sementara niat tulus sang pemberi zakat adalah aspek takwa virtual.
Dengan adanya pasangan virtual dan aktual maka kita bisa menghasilkan sudut pandang dalam jumlah tak terbatas.
2. Dampak Sosial
Kita bisa melihat dampak tindakan takwa secara personal dan sosial. Membaca buku, mengkaji kitab suci, berdzikir, dan lain-lain berdampak positif secara personal. Menjadikan pikiran lebih cerdas, damai di hati, secara pribadi. Sementara takwa berupa berbagi makanan, menciptakan lapangan kerja, dan berkreasi berdampak positif secara sosial. Orang lain merasakan manfaat nyata dari tindakan takwa kita.
Kedua jenis takwa ini, personal dan sosial, sama-sama kita perlukan. Takwa personal, misal mengkaji kitab suci, menguatkan kita untuk bisa bertakwa secara sosial. Kita jadi punya ide untuk menciptakan lapangan kerja setelah membaca kitab suci yang menekankan nilai penting dalam tolong-menolong. Sementara, pengalaman nyata kita menciptakan lapangan kerja, memberikan kita pengalaman penuh makna. Ketika kita membaca kitab suci menjadi lebih tersentuh karena banyak pengalaman nyata di lapangan. Takwa sosial menguatkan takwa personal, dan sebaliknya.
Problem muncul bila hanya satu jenis takwa saja yang dominan. Hanya rajin membaca kitab suci tapi tidak pernah beraksi. Atau hanya rajin menciptakan lapangan kerja tanpa pernah mengkaji kitab suci. Sekali lagi, kita memerlukan kedua-duanya.
3. Pemerintah Legal
Bentuk takwa sosial yang penting, di antaranya, adalah bidang pemerintahan dan hukum legal. Kita perlu, bersama-sama, menciptakan pemerintahan yang adil, transparan, dan membela rakyat. Dari sisi hukum, kita perlu menciptakan sistem hukum yang adil untuk semua warga dan pelaku hukum yang berkomitmen tinggi menegakkan keadilan.
Dengan demikian, pejabat pemerintah dan segenap aparatur negara yang menjalankan tugas dengan baik, maka, mereka adalah orang-orang yang bertakwa – mendapat pahala berlimpah di sisi Tuhan. Kita perlu mendukung program-program pemerintah guna memajukan kehidupan bersama.
Sementara pejabat yang korupsi adalah musuh negeri – di dunia ini dan akhirat nanti. Hukuman yang berat pantas bagi pelaku korupsi. Mereka sudah makan anggaran APBN tetapi malah merugikan rakyat dengan perilaku korupsi yang merusak.
Sistem hukum, di satu sisi, sangat penting untuk bersifat adil. Sementara pelaku hukum, yudikatif, perlu komitmen tinggi untuk membela keadilan. Bagaimana pun idealnya aturan hukum, pada tataran implementasi, tetap bergantung sikap para pelaku hukumnya. Membaca hukum adalah tugas kritikal yang rawan akan penyelewengan. Maka pelaku hukum yang adil sudah bertindak takwa dan mendapat pahala di sisi Tuhan yang berlimpah. Sementara, mafia hukum adalah musuh negeri – di dunia ini dan akhirat nanti. Perlu ditumpas dari muka bumi.
4. Takwa Virtual
Kita, saat ini, menjadi lebih mudah untuk bertindak takwa. Dengan kemajuan media digital, kita bisa berbuat takwa kapan saja, di mana saja, dalam bentuk takwa digital – takwa virtual.
Membuat konten digital yang bermanfaat melalui handphone, misal konten edukasi, adalah termasuk tindakan takwa virtual. Jika setiap orang, tiap hari membuat satu saja konten positif bermanfaat, maka kita akan mempunyai lebih dari 100 juta konten positif tiap hari. Pemilik hanphone di Indonesia lebih dari 100 juta jiwa. Luar biasa…!
5. Virtual – Aktual – Noumenal
Deleuze membagi dunia menjadi virtual dan aktual. Keduanya sama-sama real. Beda dengan konsep potensial, yang tidak real. Sementara, virtual adalah dunia real yang belum aktual.
Dunia virtual adalah alam real dengan intensitas lebih rendah. Sedangkan, dunia aktual adalah dunia real dengan intensitas yang lebih kuat. Ketika kita akan membuat meja, misalnya, maka kita akan menciptakan gambaran meja dalam pikiran kita. Gambaran meja dalam pikiran adalah meja virtual yang bersifat real meski belum aktual.
Dunia virtual lebih besar dari dunia pikiran manusia. Pohon yang tingginya, saat ini, 1 cm akan tumbuh menjadi 2 cm esok hari. Pohon 1 cm adalah dalam dunia aktual real. Sementara ini, pohon 2 cm, hanya ada di dunia virtual meski real. Memang, esok hari pohon 2 cm menjadi aktual.
Dunia aktual bisa kita amati secara empiris. Sementara, dunia virtual perlu kajian lebih dalam untuk bisa memahaminya. Dunia virtual dipenuhi oleh beragam perbedaan-perbedaan intensitas. Mereka yang mencapai ambang intensitas tertentu akan menembus hadir ke dunia aktual.
Di era digital, saat ini, dunia virtual makin nyata bersifat real. Kita bisa komunikasi melalui media sosial di dunia maya, alam virtual. Kita bisa membuat konten takwa di media sosial. Bahkan, kita bisa menghasilkan uang melalui dunia virtual. Bisa jadi, dunia virtual berdampak lebih besar dari dunia aktual.
Immanuel Kant, 200 tahun sebelum Deleuze, merumuskan dunia fenomenal dan dunia noumenal. Fenomenal adalah dunia aktual yang bisa kita kenali secara empiris. Sementara, noumenal adalah dunia sejati yang tersembunyi di balik dunia empiris. Semua pengetahuan kita tentang alam semesta adalah pengetahuan fenomena, pengetahuan penampakan belaka. Sedangkan, hakikat alam semesta tetap tersembunyi dari indera kita.
Pengetahuan kita hanya berupa estimasi terhadap pengetahuan sejati. Meski demikian, kita bisa makin dekat dengan pengetahuan sejati dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang kita miliki: panca indera, imajinasi, pemahaman, akal, rasa, karsa, dan karya. Karena pengetahuan sejati, pengetahuan noumena, melampaui definisi bahasa maka kita bisa mengungkapkannya melalui simbol-simbol atau perlambang.
Dengan demikian, kita bisa memandang realitas alam semesta dengan tiga struktur alam: virtual – aktual – noumenal. Semua realitas tersebut sama-sama real, sama-sama nyata.
6. Takwa Real
Kita beruntung, di jaman ini, ada kesempatan bertindak takwa di tiga realitas alam. Di alam virtual, kita bisa bertakwa dengan menciptakan konten-konten positif melalui berbagai media sosial. Di alam aktual, kita bisa bertakwa dengan berbuat baik kepada sesama. Sedangkan di alam noumenal, kita bisa bertakwa dengan mengikhlaskan niat dari setiap tindakan kita.
Makin terbentang alam raya – virtual, aktual, noumenal – maka makin besar seruan bagi kita untuk bertakwa. Mari bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, di seluruh cakrawala alam raya.
Bagaimana menurut Anda?
Tinggalkan komentar