Kemiskinan adalah masalah utama di dunia ini. Di Indonesia kemiskinan makin memburuk. Di seluruh belahan dunia juga, kemiskinan, tampak memburuk. Barangkali keterpurukan rakyat miskin ini merupakan dampak dari pandemi covid yang berkepanjangan.
Di sisi lain, banyak orang-orang kaya yang melonjak menjadi super kaya. Apakah bisa, cara melipatgandakan kekayaan orang-orang kaya itu, diterapkan untuk mengentaskan kemiskinan dunia?

“Hanya” dengan merger, bergabung, Gojek dan Tokopedia kekayaan Nadiem berlipat sampai 321 kali lebih besar menjadi 4 Trilyun rupiah lebih. Sedangkan kekayaan William berlipat 500 kali lipat lebih besar menjadi mendekati 5 Trilyun rupiah. Sepertinya, tidak sulit meningkatkan kekayaan orang kaya menjadi super kaya seperti kisah di atas. Pertanyaan masih di depan kita, apakah ada cara yang mirip untuk mengentaskan kemiskinan sedikit membaik menjadi kelompok orang menengah?
Kemiskinan Dunia
Sebelum pandemi, kita optimis akan mampu mengatasi kemiskinan. Data global, dunia, menunjukkan jumlah orang miskin makin mengecil.

Tahun 2015 jumlah orang miskin 741 juta jiwa, turun menjadi 689 juta jiwa, dan akan turun terus tinggal 645 juta jiwa, proyeksi 2019. Kabar baik ini terhempas dengan pandemi covid-19. Proyeksi optimis bahwa 2021 turun menjadi 588 juta jiwa tidak bisa menjadi nyata. Justru, estimasi 2021 kemiskinan melonjak menjadi 731 juta jiwa. Bahkan bisa melonjak menjadi 751 juta jiwa, yang lebih buruk dari tahun 2015 itu.
Kemiskinan di Indonesia
Kondisi kemiskinan di Indonesia tampaknya tidak jauh beda dengan kondisi global. Sebelum pandemi kita optimis akan berhasil menangani kemiskinan. Ketika pandemi datang, harapan melayang.

Pada tahun 2020 ada lebih dari 27 juta jiwa penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan Indonesia di kisaran 550 ribu rupiah. Atau ada lebih dari 27 juta orang di Indonesia yang penghasilannya kurang dari 550 ribu rupiah per bulan. Setara dengan penghasilan kurang dari 20 ribu rupiah per hari. Berapa biaya kamar kost di kota kecil, kota kabupaten? Di kisaran 550 ribu juga per bulan. Penghasilan mereka hanya cukup untuk sewa kost 1 kamar.

Analisis internasional memberikan hasil yang berbeda. Dengan batas kemiskinan 1,9 dolar maka hanya ada 2,42% penduduk Indonesia yang miskin. Tetapi batas ini terlalu ekstrem miskinnya. Kita bisa mempertimbangkan batas kemiskinan di 3,20 dolar per hari. Maka ada hampir 20% penduduk Indonesia yang miskin. Lebih dari 50 juta jiwa di Indonesia adalah miskin.

Mari kita cermati makna 3,2 dolar per hari.
Asumsikan 1 dolar setara 14 000 rupiah. Daya beli dolar di Indonesia (PPP) sekitar 3 kali lipat dari US.
Maka 3,2 dolar bermakna bagi orang Indonesia sebagai:
3,2 x 14 000 x (1/3) = 14 933 rupiah = 15 000 rupiah
Makna 15 000 rupiah ini tidak jauh beda dengan analisis dalam negeri yang sekitar 18 000 rupiah. Namun hasil akhir jumlah orang miskin beda dengan signifikan. Analisis dalam negeri menunjukkan ada 10% orang miskin (setara 27 juta jiwa). Sedangkan analisis internasional menunjukkan hampir 20% penduduk miskin (setara sekitar 50 juta jiwa). Barangkali perlu kajian lebih mendalam untuk mengungkap perbedaan di atas. Bisa saja ada asumsi yang beda.
Solusi Kemiskinan
Mari fokus kepada solusi kemiskinan. Cara cepat kaya yang berhasil mengantar Nadiem dan William melonjak kekayaannya sampai 500 kali lipat seperti di atas, tampaknya, sulit sebagai solusi mengentaskan kemiskinan. Karena kekayaan orang super kaya itu bisa melonjak lantaran disumbang oleh orang-orang miskin – dan menengah. Jutaan orang pengguna Gojek dan Tokopedia adalah yang menyumbang valuasi saham jadi melonjak.
Chomsky, pemikir US usia 92 tahun, menyebut fenomena semacam itu sebagai “transfer” kekayaan dari orang miskin ke orang kaya – secara legal formal tentunya. Kadang Chomsky menyebutnya sebagai “perampokan” kepada orang miskin oleh orang kaya. Barangkali istilah “transfer” lebih lembut.
Maka kita perlu merumuskan beragam cara mengentaskan kemiskinan. Berikut ini beberapa ide dari saya.
- Kualitas pendidikan yang merata. Apalagi Mas Nadiem saat ini sebagai mendikbudristek. Maka Nadiem punya kesempatan besar untuk mengentaskan kemiskinan dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas pendidikan. Saya sendiri lebih fokus kepada inovasi pendidikan matematika.
- Pemerataan kekayaan dan pekerjaan. Ketimpangan ekonomi di Indonesia makin menjadi-jadi dengan rasio Gini = 0,385 – yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Saya sendiri mengembangkan cara menghitung nilai ketimpangan n = 2,25 yang menggambarkan ketimpangan penghasilan orang Indonesia mengikuti kurva pangkat n = 2,25. Lebih buruk dari ketimpangan kuadrat. Sementara ketimpangan kekayaan sampai n = 10. Program pemerataan bisa dengan sistem pajak yang fokus substansi, koherensi, dan transparansi. Termasuk inovasi program amal.
- Revolusi digital. Kita baru memasuki era digital maka perlu memanfaatkan revolusi digital untuk mengentaskan kemiskinan – bukan menambah kemiskinan. Peluang besar terbuka luas di hadapan kita. Secara personal, kita, dan generasi muda, perlu belajar banyak untuk mencontoh sukses pengalaman Mas Nadiem, William Tanujaya, Ahmad Zaky, dan para enterpreneur digital lainnya. Secara sistem, kita perlu menjamin bahwa revolusi digital meningkatkan keadilan bagi seluruh rakyat. Majulah Indonesia.
Bagaimana menurut Anda?