Ketimpangan Ekonomi: Gini Sampai Palma

Masalah ketimpangan ekonomi dan ketimpangan sosial terjadi di berbagai belahan dunia – termasuk di Indonesia. Solusinya sudah jelas: peningkatan kualitas pendidikan dan pemerataan pendidikan yang terbuka, gratis, untuk seluruh warga. Meski solusi ini tampak jelas, nyatanya, banyak negara gagal menyelesaikan ketimpangan ekonomi – dan sosial.

Laporan SDR di atas menunjukkan bahwa peta dunia didominasi warna merah – terdapat masalah besar. Disusul warna kuning dan jingga – terdapat masalah nyata. Dan hanya sedikit yang berwarna hijau – berhasil menekan ketimpangan.

Indeks Rasio Gini

Ketimpangan ekonomi sering kita nyatakan dalam rasio Gini = G. Di mana makin besar G menunjukkan ketimpangan makin besar. Nilai G berkisar dari 0 sampai 100%. Untuk Indonesia indeks G = 50,48 – sesuai SDR di atas. Sementara BPS, statistik resmi dalam negeri Indonesia, menyatakan G = 38,5.

Perbedaan di atas karena SDR menerapkan koreksi untuk 10% orang terkaya. Akibatnya, indek G Indonesia melonjak setelah dilakukan koreksi.

Saya sendiri mengembangkan nilai ketimpangan = n untuk mengukur ketimpangan. Nilai n bisa kita hitung langsung dari data mentah misal kurva Lorentz. Kita bisa juga langsung menghitung dengan konversi dari indeks G.

G = 38,5 setara n = 2,25
G = 50,48 setara n = 3,04

Makna nilai n = 2,25 di Indonesia adalah grafik kurva pendapatan rakyat Indonesia mirip dengan grafik polinom pangkat n = 2,25 (kurva Lorentz). Maka kurva ini bermakna bahwa ketimpangan di Indonesia lebih buruk dari ketimpangan kuadrat. Lebih buruk dari kuadrat – pangkat n = 2.

Sementara bila kita mempertimbangkan koreksi dari SDR maka n = 3,04. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi di Indonesia lebih buruk dari ketimpangan kubik. Lebih buruk dari ketimpangan pangkat 3.

Benar-benar tugas besar yang harus kita temukan solusi terbaiknya. Menjadi tugas lebih besar lagi bila kita mempertimbangkan jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 20 % (pendapatan di bawah 15 000 rupiah per hari).

Rasio Palma

Palma membandingkan pendapatan 10% orang terkaya dengan 40% orang termiskin. Makin kecil rasio Palma maka makin bagus. Kita bisa mengatakan bila rasio Palma P di bawah 1 maka cukup baik. Sementara SDR menetapkan P = 0,9 sebagai target warna hijau.

Kita bisa menghitung Palma langsung dengan nilai ketimpangan n yang kita peroleh di atas.

Dengan P = 1,6 tentu saja itu ketimpangan yang buruk. Bila kita mempertimbangkan koreksi SDR maka memberikan hasil lebih buruk dengan P = 4,4. Makin memprihatinkan.

Nilai n memudahkan kita untuk menghitung rasio Palma 1% terkaya dibanding dengan 4% termiskin. Kita sebut P(1/4). Bisa juga 0,1% terkaya dibanding dengan 0,4% termiskin P(0,1/0,4).

P(1/4) kita peroleh:

Nilai P = 534,779 yang, jauh di atas 1 ini, sulit kita lukiskan maknanya dengna kata-kata. Lebih ekstrem lagi, nilai P(0,1/0,4) berikut ini.

Untuk menghibur diri, kita bisa menghitung Palma perbandingan 20% orang terkaya dengan 80% orang termiskin. P(20/80) memberi hasil di bawah 1 meski masih di atas 0,9 standar SDR.

Kita bisa membacanya sebagai kelas menengah Indonesia ternyata tidak terlalu kaya. Yang benar-benar kaya adalah kelas super kaya saja.

Tugas Siapa

Sesulit apa pun masalah ketimpangan ekonomi ini maka tugas kita untuk menemukan solusinya sebagai manusia beradab. Tugas pemimpin untuk mengarahkan rakyat meraih keadilan sosial. Tugas rakyat untuk taat kepada pemimpin demi maslahat. Tugas cendekiawan untuk menerawang masa depan di masa sekarang.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: