Wayang kulit perlu dimusnahkan. Mengapa? Karena budaya wayang bukanlah ajaran agama. Setiap yang bukan ajaran agama maka perlu dibuang. Orang yang berpikir dengan cara seperti itu adalah idealisme. Dia berpikir berdasar ideal-ideal yang diyakininya benar.
Wayang kulit adalah budaya bangsa yang perlu terus dirawat bahkan dikembangkan. Mengapa? Karena agama mengajarkan indahnya perbedaan, pentingnya kreativitas, dan lembutnya hati. Orang yang berpikir seperti itu, juga, berpikir idealis berdasar ideal-ideal yang diyakininya. Dalam tulisan ini, kita akan memandang idealisme sebagai cara berpikir ideal, global, dan universal. Sehingga, idealisme mirip dengan ideologi.

Sebaliknya, genealogi justru berpikir dari partikular-partikular yang unik. Mengapa wayang kulit perlu dimusnahkan? Karena ada orang yang bertanya tentang haram atau tidaknya wayang. Lalu, narasumber terdorong untuk memberi penilaian antara haram atau tidak. Melihat situasi yang ada, bagi narasumber, lebih menguntungkan menjawab bahwa wayang adalah haram. Sehingga, wayang perlu dimusnahkan.
Kita bisa mempertimbangkan genealogi yang berbeda. Narasumber melihat ada anak muda yang sangat pandai membuat cerita. Dengan media wayang, cerita anak muda itu makin menarik. Dan, dari cerita-cerita yang menarik itu menjadikan banyak generasi muda terinspirasi untuk berbuat kebajikan. Narasumber menyimpulkan, dari manfaat wayang itu, bahwa wayang sangat penting dan tidak haram. Karena itu wayang harus terus dikembangkan.
1. Idealisme dan Atom Kuno
2. Ideologi Kapitalis Komunis
3. Genealogi Problematis
Dari contoh wayang di atas, kita melihat bahwa seseorang bisa menerapkan cara pikir idealisme atau genealogi terhadap obyek yang sama. Bahkan, ketika kita sama-sama menerapkan idealisme, hasil penilaian bisa berbeda. Demikian juga, ketika kita sama-sama menerapkan genealogi, juga, hasilnya bisa berbeda-beda.
Muncul pertanyaan: kapan kita harus idealis dan kapan kita harus genealogis?
Secara umum, lebih banyak pemikir yang dominan idealis. Dan, hanya sedikit yang genealogis. Karena itu, wajar bagi kita, untuk menambah lebih banyak porsi genealogis dalam beragam kesempatan.
Di bagian awal tulisan ini, kita akan mencermati kecenderungan berpikir idealis ideologis sejak jaman kuno. Di masa itu juga, telah muncul cara berpikir “atom” yang bisa kita pandang sebagai cikal bakal dari genealogi. Kemudian, kita akan sedikit banyak mengkaji ideologi kapitalis versus komunis. Kita menemukan beragam kesulitan dalam ideologi mereka.
Pada bagian akhir, kita membahas lebih dalam tentang genealogi. Bermula dari genealogi Nietzsche yang subversif, lanjut genealogi Foucault yang problematis, sampai genealogi Sakina yang dinamis. Dengan sudut pandang genealogi ini, kita berharap berhasil menemukan kebenaran yang benar-benar dinamis.
1. Idealisme dan Atom Kuno
2. Ideologi Kapitalis Komunis
3. Genealogi Problematis
3.1 Genealogi Subversif
Nietzsche (1844 – 1900) adalah tokoh besar yang mengangkat genealogi menjadi tema penting dalam filsafat. Bagi Nietzsche sendiri, genealogi lebih dekat ke karakter subversif dari pada problematis. Maksudnya, satu metodologi genealogi bernilai benar, sementara, genealogi yang lain bernilai salah secara mutlak. Pendekatan seperti ini, tampaknya, selaras dengan gaya Nietzsche yang begitu kuat dalam tulisan-tulisannya.
Dalam mengkaji asal-usul, genealogi kejahatan atau evil, Nietzsche menyatakan bahwa awalnya hanya ada “baik” dan “buruk.” Tidak ada sesuatu yang bernilai “jahat.” Penilaian moral sesuatu sebagai “baik” atau “buruk” adalah wajar-wajar saja. Tetapi, orang-orang lemah tidak puas dengan kewajaran ini. Maka mereka, orang-orang lemah, menciptakan label “jahat” terhadap perilaku orang-orang kuat. Dengan demikian, orang-orang lemah bangga dengan membela diri bahwa dirinya adalah orang “baik”. Sedangkan, pihak lain adalah orang-orang “jahat”. Penilaian “jahat” seperti itu adalah penilaian hampa makna.
“Baik” adalah ketika Anda berhasil menambah kekuatan “will to power.” Ketika Anda berhasil menaklukkan segala rintangan. Ketika Anda mampu menanggung semua derita untuk kemudian bangkit meraih cita-cita. Ketika Anda berhasil mencapai puncak, kemudian, Anda menciptakan puncak baru yang lebih tinggi. “Baik” adalah ketika “will to power” mengantarkan Anda menjadi “super human.”
Fokus utama kita, di sini, adalah genealogi. Pertama, genealogi menjadi penting. Tidak cukup hanya mengandalkan ideologi. Kedua, genealogi mampu mengungkapkan kebenaran. Tidak seperti ideologi, yang justru, “membelokkan” kebenaran. Ketiga, genealogi bersifat subversif, di mana, nilai kebenaran suatu genealogi menggusur nilai kebenaran pandangan lain.
Foucault (1926 – 1984) mengembangkan pandangan Nietzshce. Dia merevisi karakter subversif dari genealogi menjadi problematis. Nilai kebenaran dari beragam genealogi adalah problematis. Maksudnya, di antara keragaman itu, kita menghadapi problem bagaimana menentukan yang paling benar. Pada analisis akhir, tidak ada cara pasti untuk menjamin bahwa satu genealogi adalah yang paling benar, sementara, menganggap genealogi yang lain sebagai salah. Genealogi memang problematis.
3.2 Genealogi Problematis
Genealogi memang problematis. Sementara, ideologi lebih kuat dengan keyakinannya. Di situlah, letak kelemahan ideologi. Mereka terlalu yakin dengan ideologinya. Sehingga, mereka menutup diri dari alternatif-alternatif yang lebih kreatif. Sementara genealogi, yang problematis, perlu menguji beragam alternatif sehingga menemukan pemikiran terbaik. Genealogi selalu dinamis. Sedangkan, ideologi adalah harga mati.
3.3 Genealogi Sakina
3.3.1 Keseimbangan Dinamis
3.3.2 Dinamika Seimbang
Tinggalkan komentar