Bahagia Hidup Mengalir Bagai Air

Teman saya hidup bahagia dengan cara menjalani hidup mengalir bagai air. Dengan wajah ceria, dia cerita, “Hidup bahagia itu sederhana saja. Cukup jalani hidup mengalir bagai air.”

Air mengalir itu memang hebat. Dari dataran tinggi menuju tempat lebih rendah, sampai ke tujuan dengan selamat. Selama perjalanan, air memberi kesegaran kepada alam sekitar. Air menghijaukan, dan memberi kehidupan, alam semesta.

Ketika ada halangan, air berhenti sejenak. Lalu, dengan lentur air belok untuk tetap sampai tujuannya. Kadang, air dengan lembut merembes ke celah-celah kecil penghalang itu. Kadang juga, air hanya menunggu sampai teman-temannya datang. Kemudian, tinggi air cukup tinggi untuk melampaui penghalang itu. Air menghadapi halangan tanpa merusaknya. Air fleksibel dengan ragam situasi.

Bukankah sangat mudah hidup bahagia hanya dengan meniru air? Mengapa manusia gagal menjadi bahagia? Mengapa manusia gagal mencapai tujuannya?

1. Rahasia Air Mengalir
2. Cara Ular Licik Berbisa
3. Cara Manusia

Pertama kita akan membahas rahasia hidup bahagia sesuai air mengalir. Tetapi, perlu waspada. Sewaktu-waktu, air bisa mengakibatkan bencana banjir, longsor, sampai gelombang sunami. Kedua, kita akan mencermati cara hidup ular yang, sering dipandang sebagai, licik. Menariknya, ular tidak pernah berdosa. Hebat juga! Ketiga, kita akan mempertimbangkan cara hidup manusia.

1. Rahasia Air Mengalir

Manusia yang berhasil menjalani hidup bagai air mengalir memang akan hidup bahagia. Apa rahasianya? Apakah bisa gagal untuk bahagia padahal manusia sudah mengalir bagai air? Apa resiko meniru aliran air?

Rahasia pertama adalah air memiliki tujuan pasti. Yaitu, air mengalir menuju pusat gravitasi bumi. Manusia juga bisa bahagia ketika memiliki tujuan yang pasti yaitu akhir yang baik, husnul khatimah, kematian yang baik. Air selalu menuju ke tujuan akhirnya. Apa pun halangan, atau gangguan, yang ada tetap mengarahkan air mendekat ke tujuan. Manusia akan bahagia bila tetap menghadap ke husnul khatimah.

Rahasia kedua, air fleksibel dalam proses. Air mudah berbelok arah bila ada halangan. Itu pun, tetap, untuk mencapai tujuannya. Tak pernah lupa dengan tujuan akhir. Manusia akan bahagia ketika fleksibel dalam menjalani proses. Kadang ke kiri, ke kanan, ke bawah, ke atas, atau sejenak berhenti adalah hal yang wajar untuk meraih bahagia sejati. Bahkan, manusia kadang perlu menetapkan tujuan-tujuan kecil agar memudahkan untuk mencapai tujuan besar dengan cara fleksibel.

Rahasia ketiga adalah konsisten. Air, dengan konsisten, siang dan malam, tetap bergerak untuk mencapai tujuan akhir. Kadang air terserap ke perut bumi, makin dekat ke tujuan pusat gravitasi. Kadang, air harus mengalir ke sungai sampai laut. Kena sinar matahari menguap. Terbang tinggi menjauhi bumi. Air tetap sabar, “Aku akan kembali menuju pusat gravitasi bumi.” Uap air jadi awan lalu turun hujan. Makin dekat ke tujuan akhir lagi. Air bersikap terbuka dengan segala yang ada. Manusia juga akan bahagia ketika tetap konsisten dan sabar untuk mencapai tujuan akhir terbaiknya.

Apakah manusia tetap bisa gagal bahagia padahal sudah mengalir bagai air? Bisa. Hanya mengalir justru menjadikan manusia gagal bahagia. Karena, untuk berhasil, manusia perlu mengalir dengan tujuan pasti, fleksibel, komitmen dan terbuka terhadap semua yang ada.

Apa ada resiko lebih besar? Tentu, karena air bisa berdampak banjir dan sunami. Demikian juga, manusia yang mengalir bisa juga mengakibatkan bencana. Sehingga, manusia, sambil mengalir tetap perlu berpikir dan bersyair.

2. Cara Ular Licik Berbisa

Ular bebas hidup dengan licik memangsa apa saja yang disukainya. Tetapi, ular tetap tidak berdosa meski licik dan berbisa. Bagaimana jika manusia meniru cara hidup ular? Manusia pasti pernah berlumur dosa. Sehingga, manusia tidak boleh meniru hidup ular yang licik memangsa.

Lebih parah lagi, manusia bisa lebih kejam dari ular berbisa. Manusia bisa korupsi uang rakyat atas nama negara. Manusia bisa berperang hanya karena amarah sampai melayang ribuan jiwa. Manusia bisa menipu atas nama fatwa agama. Manusia resiko berlumur dosa. Manusia perlu menjaga dan bertobat dari dosa. Jadi, manusia tidak boleh licik bagai ular berbisa.

Lebih sulit lagi, dosa parah manusia yang kadang tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Ular mencari mangsa hanya ketika dia lapar. Ular piton, misalnya, hanya makan satu kali dalam satu bulan. Jadi, setelah makan, ular piton tidak mau lagi makan. Meski ada mangsa, ayam, di depannya maka piton tidak akan menyerangnya. Dalam satu bulan, piton berpuasa.

Beda dengan manusia. Meski sudah kenyang, manusia masih bisa makan lagi. Pagi makan, siang makan, malam makan lagi. Begitulah manusia. Lebih repot lagi, manusia bisa mengumpulkan harta tanpa ada rasa kenyang. Hari ini cari uang. Besok cari uang lebih banyak lagi. Kadang, sampai ada yang korupsi. Manusia banyak dosa. Ular berbisa tidak punya dosa. Manusia tidak boleh meniru cara hidup ular yang licik.

3. Cara Manusia

Manusia, kita, boleh meniru cara air yang terus mengalir sampai tujuan dengan bahagia. Tetapi, manusia tidak boleh meniru cara hidup binatang. Tidak boleh, misalnya, meniru cara hidup ular berbisa.

Mengapa manusia berdosa ketika licik? Sedangkan, ular tidak berdosa? Lebih enak jadi binatang dong, tanpa dosa?

Manusia berdosa karena manusia punya akal dan pikiran. Sehingga, manusia bisa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi, seandainya, manusia punya akal dan, di saat yang sama, tidak dituntut atas dosa, bukankah lebih memudahkan manusia?

Maksudnya, manusia punya akal seperti sekarang tetapi tidak berdosa melakukan apa pun, bukahkah itu indah sekali?

Tidak indah. Dan, tidak bisa. Bahkan, ketika ada dosa dan hukuman saja, banyak manusia yang masih berbuat jahat, menipu, serta melukai orang lain. Pemimpin dunia sering mengobarkan perang dengan senjata pembunuh massal nuklir. Tanpa ada beban dosa, dan hukuman, maka manusia akan makin celaka dan saling mencelakai di dunia.

Lebih dari itu, dosa memiliki peran positif yang penting bagi manusia.

Pertama, dosa memunculkan rasa gelisah akibat dosa kesalahan. Gelisah dialami manusia juga ketika kehilangan orang yang dicintainya, ketika menghadapi nasib tak menentu, ketika menghadapi kesulitan besar. Dengan rasa gelisah, manusia kemudian mengambil sikap yang terbaik. Manusia memilih tindakan baik untuk mengatasi rasa gelisah – dan bertobat dari dosa.

Kedua, dosa memberi makna pilihan amal kebaikan. Ketika seseorang bisa memilih, secara bebas, antara dosa atau amal, maka pilihan amal menjadi penuh makna. Tetapi, jika tidak ada pilihan dosa maka jadi hampa. Semua pilihan adalah kebaikan amal-1, amal-2, dan seterusnya. Tanpa berpikir apa pun pilihan manusia adalah amal – yang hampa makna.

Ketiga, dosa mengajak manusia untuk bertobat memperbaiki diri. Manusia mengakui dirinya tak sempurna masih banyak dosa. Kemudian, komitmen meraih masa depan terbaik, dengan belajar dari dosa masa lalu, dan bertanggung jawab memilih respon terbaik di masa kini.

Sebagai penutup, manusia memang benar bisa hidup bahagia dengan mengalir bagai air. Lebih dari itu, manusia memiliki pikiran dan nurani yang membimbing ke masa depan. Berpikir-terbuka: binuko. Ketika aliran air beresiko mengakibatkan banjir, maka, manusia bisa mengatur arah aliran air agar memberi kebaikan kepada umat manusia dan menebarkan kebaikan bagi sesama.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: