Masa depan, future, adalah yang paling utama. Future memberi makna terhadap masa kini dan masa lalu. Karena future adalah bebas, maka, Anda bebas untuk memilih hidup Anda bahagia. Pilihan hidup Anda untuk masa depan, future, akan memberi makna kepada masa lalu, past. Kemudian, arahan future dan bekal past, mendorong Anda untuk memodifikasi masa kini menuju masa depan. Bahagia adalah hak kita. Sukses adalah hak kita. Masa depan bahagia adalah anugerah untuk kita semua.
Yang menarik, dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, saya tidak menemukan pembagian masa menjadi past (masa-lalu), present (masa-kini), dan future (masa-depan). Bahasa kita, juga, tidak mengenal tenses (pembedaan waktu). Barangkali, leluhur kita memandang masa sebagai satu kesatuan. Saya menyebutnya sebagai bentangan waktu: future-past-present. Sehingga, ketika saya menyebut future (masa-depan), maka, bisa berarti kesatuan bentangan waktu. Konteks penggunaan kata akan menjadikannya lebih jelas.

Kita penting, bahkan sangat penting, untuk membahas logika masa. Karena berdampak ganda: teoritis dan praktis. Secara teoritis, filosofis, logika masa adalah yang membentuk semua logika berpikir manusia. Secara praktis, logika masa menentukan konsep dan penerapan manajemen waktu.
1. Masa Membentuk Logika
2. Manajemen Waktu Kerja
3. Kuadran Waktu
4. Pronam Waktu
5. Waktu adalah Segala
Dalam logika umum, logika klasik, seakan-akan logika terpisah oleh waktu. Sehingga, nilai kebenaran logika tampak tidak lekang oleh waktu. Misal, pernyataan matematika (M): 12 + 1 = 13, dianggap, selalu benar kapan pun dan di mana pun. Pembahasan logika masa, kali ini, akan menunjukkan peran kuat dari waktu, aspek temporal, termasuk dalam pernyataan matematika (M).
Manajemen kerja atau manajemen waktu? Umumnya, orang mengira bahwa waktu mengalir dengan konsisten. Sehingga, tidak perlu manajemen waktu. Mereka mengira yang lebih tepat adalah manajemen kerja. Tujuannya, agar semua perkerjaan bisa dikerjakan dengan baik. Sayangnya, sering terjadi, bukan seseorang mengerjakan perkerjaan, tetapi, seseorang dikerjai oleh pekerjaan. Manusia menjadi hanya bagian kecil dari suatu pekerjaan besar. Manusia menjadi sekedar sebuah komponen. Bagaimana solusinya?
Kuadran waktu. Barangkali Anda sudah mengenal 4 kuadran waktu. Kriteria kepentingan (penting dan tidak penting) dipasangkan dengan kriteria urgensi (mendesak dan tidak mendesak) sehingga terbentuk kuadran. Umumnya, bagian kuadran tidak penting menjadi benar-benar tidak penting. Sehingga, mana lebih utama, antara penting-dan-mendesak dengan penting-dan-tidak-mendesak? Kuadran kedua adalah paling utama. Bagaimana bisa begitu?
Pronam waktu. Kita bisa membagi wilayah kerja menjadi 6 pronam. Tiga karakter future (posibilitas, freedom, dan komitmen) dipasangkan dengan derajat kepekaan (peka atau tidak peka) maka menghasilkan 6 macam pronam. Sejatinya, kita bisa menghasilkan wilayah kerja lebih banyak lagi karena derajat kepekaan bisa dibagi lebih banyak lagi. Bila kuadran bermakna per-empat-an, maka, pronam bermakna per-enam-an.
Waktu adalah segalanya. Jangan pernah mencela waktu karena waktu adalah Tuhan. Ungkapan orang bijak di atas sering ditambahkan menjadi “waktu adalah ciptaan Tuhan.” Bagaimana pun, kita menjadi sadar bahwa waktu adalah tema yang harus kita bahas dengan tuntas – andai bisa tuntas. Konsep waktu sebagai ukuran gerak matahari, atau gerak eksistensial, perlu kita bahas. Alternatifnya, kita bisa memahami waktu sebagai yang “menggerakkan” matahari. Waktu memberi waktu kepada matahari untuk bergerak. Sehingga, matahari memiliki waktu untuk eksis. Matahari bersedia menerima pemberian waktu, sehingga, waktu terdeteksi melalui gerak matahari. Waktu menjadi eksis. Jadi apa itu waktu sejati?
Waktu memberi kita, manusia, kesempatan dan waktu. Sehingga, kita punya waktu untuk eksis di alam ini. Jika kita tidak punya waktu, maka, kita tidak bisa eksis, kita tidak ada. Kita menerima anugerah waktu. Akibatnya, waktu menjadi ada melalui eksistensi manusia. Waktu dan manusia saling memberi dan saling menerima. Waktu dan manusia, sama-sama, anugerah.
1. Masa Membentuk Logika
Dalam logika umum, logika klasik, seakan-akan logika terpisah oleh waktu. Sehingga, nilai kebenaran logika tampak tidak lekang oleh waktu. Misal, pernyataan matematika (M): 12 + 1 = 13, dianggap, selalu benar kapan pun dan di mana pun. Pembahasan logika masa, kali ini, akan menunjukkan peran kuat dari waktu, aspek temporal, termasuk dalam pernyataan matematika (M).
1.1 Pengetahuan Ideal
Kita menganggap ada pengetahuan ideal yang tak lekang oleh waktu. Kita juga sering mengatakan bahwa cinta suci adalah abadi tak berubah oleh waktu. Demikian juga, janjiku padamu tak lekang oleh waktu.
Tetapi, realitas selalu berubah oleh waktu. Realitas selalu bersifat termporal. Masa depan bisa berbeda dengan masa lalu.
Maksud cinta suci abadi tak berubah oleh waktu adalah justru cinta itu selalu berubah oleh waktu. Karena, sepasang kekasih berkomitmen untuk merawat cinta antara mereka, ketika ada cinta yang melemah, mereka menguatkan kembali komitmen cinta itu. Seiring waktu, cinta suci makin menguat. Cinta suci abadi bukan karena tidak berubah oleh waktu. Tetapi, karena cinta suci itu, terus-menerus, diperbarui oleh komitmen bersama seiring waktu.
Demikian juga, sains dan pengetahuan selalu berubah bersama waktu. Sains yang tidak berubah, maka, akan ketinggalan jaman. Lebih-lebih, teknologi yang tidak berubah, segera usang. Bagaimana dengan manusia yang tidak mau berubah?
1.2 Realitas Dinamis
Realitas selalu dinamis, berubah menuju tujuan akhir. Sains menyebutnya sebagai hukum entropi. Yaitu, entropi alam semesta selalu bertambah. Maksudnya, alam semesta terus bergerak, berkembang. Alam raya tidak pernah diam, dibuktikan oleh entropi yang terus bertambah.
Mengapa realitas selalu dinamis? Karena masa depan begitu dominan. Masa depan, future, terus-menerus menarik masa lalu untuk menuju masa depan dengan menyusuri masa kini. Ketika kita sampai ke masa depan, saat itu juga, masa depan sudah maju ke depan lagi. Kemudian, masa depan menarik kita lagi untuk menuju masa depan. Demikian seterusnya, mengakibatkan realitas selalu dinamis.
1.3 Daya Tarik Masa Depan
Masa depan itu begitu mempesona, indah, dan menarik. Mengapa? Ingatkah Anda ketika jatuh cinta kepada pasangan terasa begitu indah? Mengapa? Karena pasangan, kekasih, adalah masa depan Anda. Anda hidup bersama kekasih sampai masa depan.
Pernahkah Anda memperhatikan orang yang baru dikaruniai anak? Atau, Anda punya anak? Mengapa anugerah lahirnya seorang anak begitu membahagiakan? Karena, anak adalah masa depan. Masa depan memang mempesona.
2. Manajemen Waktu Kerja
Manajemen kerja atau manajemen waktu? Umumnya, orang mengira bahwa waktu mengalir dengan konsisten. Sehingga, tidak perlu manajemen waktu. Mereka mengira yang lebih tepat adalah manajemen kerja. Tujuannya, agar semua perkerjaan bisa dikerjakan dengan baik. Sayangnya, sering terjadi, bukan seseorang mengerjakan perkerjaan, tetapi, seseorang dikerjai oleh pekerjaan. Manusia menjadi hanya bagian kecil dari suatu pekerjaan besar. Manusia menjadi sekedar sebuah komponen. Bagaimana solusinya?
Solusinya adalah waktu dan kerja sama-sama anugerah. Waktu memberi waktu kepada kita untuk bekerja. Dan, kerja menerima waktu, sehigga waktu menjadi terlihat ada melalui proses kerja. Jika kerja tidak mau menerima waktu maka waktu tidak bisa muncul dalam realitas. Demikian juga, bila kita tidak diberi waktu, maka, kita tidak bisa kerja. Waktu dan kerja adalah saling memberi dan menerima.
Solusi praktisnya adalah menerima waktu dan kerja secara terbuka. Kita tidak bisa menganggap waktu sebagai paling utama, sehingga, kerja harus menyesuaikan waktu. Tidak bisa pula sebaliknya. Kita tidak bisa mengutamakan kerja, sehingga, waktu dikorbankan demi kerja. Kita perlu berpikir terbuka terhadap keduanya: kerja dan waktu.
3. Kuadran Waktu
Kuadran waktu. Barangkali Anda sudah mengenal 4 kuadran waktu. Kriteria kepentingan (penting dan tidak penting) dipasangkan dengan kriteria urgensi (mendesak dan tidak mendesak) sehingga terbentuk kuadran. Umumnya, bagian kuadran tidak penting menjadi benar-benar tidak penting. Sehingga, mana lebih utama, antara penting-dan-mendesak dengan penting-dan-tidak-mendesak? Kuadran kedua adalah paling utama. Bagaimana bisa begitu?
(1) Penting dan Mendesak
Jenis pekerjaan ini harus Anda lakukan karena penting dan sudah mendesak. Dengan menyelesaikan pekerjaan kuadran (1), penting dan mendesak, maka Anda meraih prestasi. Tetapi, mereka yang tidak menyelesaikan kuadran (1) kena pinalti. Contohnya: memenuhi janji, menyelesaikan pesanan tiba waktunya, minum obat ketika sakit, dan lain-lain.
(2) Penting dan tidak Mendesak
Kuadran (2) ini, justru, paling utama. Kita perlu menggeser sebagian besar pekerjaan menuju kuadran (2), penting dan tidak mendesak. Karena penting, maka kuadran (2) memberi banyak manfaat kepada Anda. Karena tidak mendesak, maka Anda dapat melakukannya dengan kreatif, leluasa, dan bebas dari tekanan. Contoh kuadran (2): membaca buku, olah raga, menyelesaikan pekerjaan lebih awal, dan lain-lain.
(3) Tidak Penting dan Mendesak
Lucu. Awalnya, terasa lucu. Bagaimana ada pekerjaan tidak penting tetapi mendesak? Banyak sekali. Justru, tipuannya di sini. Karena mendesak, banyak orang mengiranya sebagai penting. Padahal tidak penting. Mengangkat telepon berdering, yang ternyata, tukang tipu menyasar Anda dijadikan korban. Membicarakan gosip hangat sebelum ketinggalan jaman. Memperbaiki pekerjaan penting yang, ternyata, salah dikerjakannya karena lalai. Dan, masih banyak lagi lainnya.
(4) Tidak penting dan tidak Mendesak
Wajar kuadran (4) perlu ditinggalkan. Meski kita berusaha meninggalkan kuadran (4), tidak penting dan tidak mendesak, sesekali, kita melakukannya adalah wajar. Barangkali karena tidak sengaja atau sekedar iseng saja. Tentu saja, kuadran (4) perlu hanya mendapat porsi sangat kecil dalam hidup Anda.
Logika futuristik mengajak kita lebih banyak di kuadran (2), penting dan tidak mendesak. Tetapi, kuadran (1), penting dan mendesak, harus Anda lakukan. Jika Anda banyak di kuadran (1), artinya, Anda sedang dikerjai oleh pekerjaan bukan mengerjakan pekerjaan. Kuadran (1) tidak bisa ditolak. Anda bisa mengurangi kuadran (1) dengan cara mengurangi kuadran (3) tidak penting dan mendesak.
Setelah Anda punya waktu luang, karena mengurangi kuadran (3), kemudian gunakan untuk mengerjakan kuadran (2), penting dan tidak mendesak. Karena Anda menyelesaikan beberapa pekerjaan penting sebelum mendesak, ketika masih kuadran (2), maka pekerjaan mendesak menjadi berkurang, kuadran (1) berkurang. Hidup Anda menjadi lebih bahagia, lebih bermakna.
Tantangannya adalah kuadran (3), tidak penting dan mendesak. Banyak orang keras kepala menganggap sebuah pekerjaan sebagai penting dan mendesak, kuadran (1), padahal sejatinya kuadran (3), tidak penting. Misal gosip atau nyinyir dirasa penting dan mendesak saat itu. Karena, jika sudah berlalu, gosip menjadi basi. Tetapi, gosip adalah tidak penting. Anda perlu jujur, ikhlas, dan cermat untuk mengakui bahwa gosip adalah kuadran (3). Kemudian, meninggalkan gosip menggantinya dengan pekerjaan penting lain, kuadran (2), dan selamat berbahagia menapaki hidup bermakna.
4. Pronam Waktu
Pronam waktu. Kita bisa membagi wilayah kerja menjadi 6 pronam. Tiga karakter future (posibilitas, freedom, dan komitmen) dipasangkan dengan derajat kepekaan (peka atau tidak peka) maka menghasilkan 6 macam pronam. Sejatinya, kita bisa menghasilkan wilayah kerja lebih banyak lagi karena derajat kepekaan bisa dibagi lebih banyak lagi. Bila kuadran bermakna per-empat-an, maka, pronam bermakna per-enam-an.
Untuk memudahkan, derajat kepekaan rendah kita sebut sebagai lalai dan derajat kepekaan tinggi adalah peduli.
(1) Lalai dan Posibel
Pronam (1) adalah pekerjaan yang kita tidak peduli dan, akibatnya, tidak membuka peluang baru. Misalnya, pekerjaan menjual narkoba di sudut Eropa. Atau, membersihkan rumah gubernur yang jauh. Atau, mengurusi urusan rumah tangga orang yang tidak kenal. Pronam (1) perlu kita tinggalkan.
(2) Peduli dan Posibel
Pronam (2) mulai menjadi masalah. Kita peduli terhadap pekerjaan ini, tetapi, hampir tidak posibel. Tidak ada peluang bagi kita untuk melakukannya. Atau, sulit sekali bagi kita, untuk melakukannya. Misal, mengubah sistem politik negara menjadi adil makmur. Barangkali, kita peduli untuk menciptakan sistem politik yang adil makmur. Tetapi, hanya ada peluang kecil atau hampir tidak ada peluang, untuk menciptakan politik adil makmur dengan cepat.
(3) Lalai dan Freedom
Ada kebebasan, freedom, tetapi kita lalai. Kita bebas untuk memilih pekerjaan sebagai pedagang, penjaga toko, atau pegawai negeri. Tetapi, kita lalai karena sudah lama nyaman sebagai petani. Karena kita sudah hidup nyaman sebagai petani, maka, kita lupa bahwa kita punya lebih banyak kebebasan.
Sering terjadi justru pada pihak pegawai, misal PNS. Karena sudah nyaman sebagai PNS, mereka lupa bahwa mereka bisa saja menjadi seniman, artis, atau bahkan pahlawan penegak kebenaran. Dari pronam (3), lalai dan freedom, kita perlu membangkitkan kesadaran akan kebebasan diri kita. Kita lebih besar, lebih bebas, dari kurungan-kurungan prasangka.
(4) Peduli dan Freedom
Kita perlu lebih banyak pada pronam (4), peduli dan freedom. Kita peduli dengan alam sekitar, peduli dengan orang lain, dan peduli dengan diri sendiri. Di saat yang sama, kita sadar bahwa kita bebas dan bisa membebaskan pihak lain.
Pegawai, misal PNS, yang ada di pronam (4) adalah idaman masyarakat. PNS itu peduli dengan tugas dia. PNS menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dia, sebenarnya, bebas saja untuk memudahkan urusan masyarakat atau mempersulitnya. Tetapi, dia memilih memudahkan urusan masyarakat agar masyarakat terbebas dari kesulitan. Sehingga, masyarakat bebas melanjutkan pekerjaan yang lainnya, tidak harus menunggu proses lama di PNS.
Penting bagi para pemimpin dan pejabat untuk berada di pronam (4), peduli dan freedom. Pemimpin peduli dengan nasib rakyat. Kemudian, pemimpin membuat kebijakan agar masyarakat terbebas dari kesulitan ekonomi. Mereka adalah pemimpin idaman.
(5) Lalai dan Komitmen
Pronam (5), lalai dan komitmen, sudah melampau pronam (4), peduli dan freedom. Sayangnya, dia lalai padahal butuh peduli untuk komitmen.
Pemimpin sudah menetapkan kebijakan untuk membebaskan masyarakat dari kesulitan ekonomi, misal, dengan menetapkan subsidi BBM. Tetapi, pejabat lalai untuk kontrol terhadap kebijakannya. BBM bukannya dinikmati rakyat kecil, malahan, pemiliki mobil mewah berlebih-lebihan menikmati BBM subsidi.
(6) Peduli dan Komitmen
Semua orang perlu berada di pronam (6), peduli dan komitmen. Lebih-lebih, para pemimpin wajib berada di pronam (6). Pemimpin wajib peduli kepada masyarakat luas. Kemudian, menetapkan kebijakan yang menciptakan sistem masyarakat terbebas dari kesulitan ekonomi, edukasi, politik, dan lain-lain. Kemudian, pejabat peduli penuh komitmen mengontrol pelaksanaan kebijakan agar berjalan sesuai harapan.
Secara pribadi, setiap orang perlu peduli dan komitmen terhadap cita-cita tertinggi. Kita perlu, terus-menerus, menghidupkan cita-cita tertinggi dalam hati. Kemudian, komitmen untuk meraih cita-cita, perlahan namun pasti.
Salah satu cita-cita tertinggi bagi setiap manusia adalah mempersembahkan maha karya nyata untuk semesta, di saat yang sama, makin dekat dengan Maha Cinta. Semua orang memiliki posibilitas luas untuk mencapai cita-cita tertinggi itu.
Strategi Pronam
Strategi utama pronam adalah dengan menguatkan kepekaan: dari lalai menjadi peduli. Dari pronam ganjil (1, 3, dan 5), kita perlu menuju pronam genap (2, 4, dan 6). Memang, orang yang tidak peduli, maka, mereka merasa tidak punya masalah. Mereka bisa tutup mata terhadap setiap masalah. Mereka bisa bebal. Tetapi, kepekaan bisa bersifat pasif, yaitu, datang tanpa diundang. Orang bisa tidak peduli dengan masalah kesehatan. Tiba-tiba penyakit menyerang, dia sendiri yang terkapar.
Lebih-lebih bagi pemimpin. Bisa saja, seorang pemimpin tidak peduli dengan urusan tertentu. Misalnya, proses seleksi mahasiswa baru yang tidak adil. Pemimpin tidak peduli dengan mengatakan bahwa urusan itu sudah delegasi ke bawahan. Tetapi, dampaknya, kedhaliman, tidak adil, ada di mana-mana. Meski pemimpin tidak peduli, dia tetap berdosa.
Buka mata hati agar peduli. Buka mata pikiran agar luas wawasan. Buka hakikat diri agar menampung segala semesta.
Studi Kasus
Kita akan mengambil contoh, studi kasus, ilustrasi menerapkan strategi pronam.
(a) Prestasi pribadi. Anak itu terlahir di desa, provinsi Jawa Tengah, dari keluarga miskin. Sebut saja, nama anak itu adalah Anom. Di masa kanak-kanak, Anom seperti anak lainnya: lalai bahwa dirinya punya posibilitas. Anom berada dalam pronam (1): lalai dan posible. Banyak, teman-teman Anom tetap di pronam (1). Sampai dewasa, teman-teman Anom tetap menjadi orang miskin.
Anom bertumbuh remaja mulai peduli bahwa dirinya punya potensi. Anom bergerak ke pronam (2): peduli dan posible. Anom mulai resah dan gelisah. Dia berpikir bagaimana bisa memperbaiki situasi dirinya. Sulit sekali. Anom berada di pronam (3): lalai dan freedom. Anom, secara bertahap, menambah informasi melalui televisi, koran, radio, dan teman-teman sekolah terutama kakak kelas.
Anom sadar bahwa dirinya bisa melanjutkan sekolah ke universitas terbaik, UGM, Universitas Gadjah Mada. Anom mulai bergerak ke pronam (4): peduli dan freedom. Beberapa tetangga Anom, dan kakak kelas Anom, berhasil lulus ke UGM. Anom yakin bahwa dirinya juga bisa lulus ke UGM.
Cita-cita masa depan untuk kuliah di UGM adalah sekedar angan-angan bagi Anom. Meski bebas berangan-angan, cita-cita itu tetap hanya angan-angan. Tidak ada uang yang tersedia untuk biaya kuliah. Tidak ada jalur istimewa untuk masuk UGM. Kompetisi seleksi UGM sangat ketat. Anom berada pada pronam (5): lalai dan komitmen.
Dengan beragam kesulitan, Anom menguatkan tekad dengan komitmen untuk lulus ke UGM. Anom belajar dengan tekun. Dia mengumpulkan beragam informasi agar bisa diterima di UGM dan mengembangkan strategi dengan komitmen tinggi. Anom berada di pronam (6): peduli dan komitmen. Akhirnya, singkat cerita, Anom berhasil lulus masuk Fakultas Kehutanan UGM. Sebuah prestasi pribadi yang luar biasa.
Kita bisa membuat analisis terhadap ilustrasi di atas. Pergeseran dari “lalai” menjadi “peduli” adalah sangat penting. Pergeseran dari pronam ganjil (1, 3, dan 5) ke pronam genap (2, 4, dan 6) adalah utama. Anom bisa saja lalai dan tetap di pronam (1). Situasi pronam (1) adalah situasi yang nyaman. Justru, ketika Anom peduli ke pronam (2), maka, Anom merasa resah dan gelisah. Demikian pula kita. Jika kita yakin tidak ada peluang sama sekali maka semua berhenti. Nyaman saja. Tetapi, jika kita peduli ada peluang tertentu maka kita menjadi resah terhadap situasi. Orang kadang bisa mengatakan, “Saya resah karena tidak ada peluang sama sekali.” Tidak bisa seperti itu. Karena, resah memastikan bahwa ada posibilitas lain, peluang untuk berubah, yang mungkin ditindas oleh situasi.
Rasa peduli mendorong Anda menjadi resah dan gelisah. Justru, hal itu yang menjadikan segalanya penuh arti.
Tugas terberat adalah bergeser dari pronam (5) ke pronam (6): kita membutuhkan komitmen yang tinggi.
Dalam contoh di atas, terjadi situasi kompetisi. Daya tampung Fakultas Kehutanan UGM terbatas, misal 100 orang. Sementara, jumlah pendaftar berlimpah misal 700 orang. Sehingga, komitmen sekuat apa pun, akan ada 600 orang yang tidak diterima di Fakultas Kehutanan UGM. Meski gagal masuk UGM, perjuangan penuh komitmen tetap menghasilkan hikmah yang bernilai tinggi. Anom termasuk siswa beruntung yang lulus diterima di UGM.
(b) Kontribusi sosial. Mari kita lanjut ilustrasi dengan cerita Anom lulus dari UGM, kemudian, bekerja sebagai PNS, pegawai negeri sipil.
Anom hidup nyaman sebagai PNS dengan menjalankan tugas dan memperoleh gaji tetap tiap bulan serta bonus. Anom di pronam (1): lalai dan posible. Rasa nyaman berganti dengan resah dan gelisah ketika Anom mulai peduli bahwa dia punya peluang untuk mengubah cara kerja PNS agar memberi kebaikan kepada rakyat. Anom bergerak ke pronam (2): peduli dan posible.
Aturan kerja dan tradisi kerja sebagai PNS meyakinkan bahwa Anom tidak bisa mengubah cara kerja PNS dengan mudah. Anom terhenti di pronam (3): lalai dan freedom. Anom hidup nyaman beberapa saat. Suara hati Anom berbisik, “Kamu manusia bebas.” Resah dan gelisah mengusik Anom lagi. Dia tahu bahwa dirinya bebas memperjuangkan cara kerja baru bagi PNS atau mengundurkan diri dari PNS. Anom memilih mengundurkan diri dari PNS. Anom berada pada pronam (4): peduli dan freedom. Kali ini, Anom benar-benar pada situasi bebas.
Anom tidak punya rencana jelas apa yang akan dilakukan setelah tidak jadi PNS. Dia memang bebas tetapi tidak punya cita-cita yang pasti. Anom di pronam (5): lalai dan komitmen. Anom memanfaatkan masa-masa bebas untuk menyusun strategi. Anom memutuskan untuk membuka usaha mebel. Anom ada di pronam (6): peduli dan komitmen. Usaha mebel berhasil membuka lapangan kerja baru. Anom dengan komitmen tinggi menjaga kualitas produksi mebel sehingga Anom bisa memberi kebaikan kepada masyarakat luas – melalui produk mebel dan serapan lapangan kerja.
Singkat cerita, Anom sukses sebagai pengusaha mebel sampai akhirnya dicalonkan sebagai calon walikota.
Sekali lagi, Anom bisa hidup nyaman sebagai PNS tanpa peduli apa pun. Dia tinggal menjalani hidup. Rasa peduli justru memicu rasa resah dan gelisah. Demikian juga dengan kita. Kita bisa hidup nyaman tanpa peduli apa pun. Tetapi, suara hati akan selalu meniupkan resah hati dan gelisah hati bagi Anda yang peduli. Kehidupan bergulir lagi menjadi penuh arti.
(c) Ekonomi adil makmur. Siapa orang yang bisa menciptakan sistem ekonomi adil makmur? Tidak ada. Anda tidak bisa. Saya tidak bisa. Pengusaha tidak bisa. Dan, para pejabat juga tidak bisa. Dengan demikian, kita berada di pronam (1): lalai dan posible.
Benarkah setiap orang tidak bisa? Bagaimana jika masyarakat saling kerja sama untuk mewujudkan sistem ekonomi adil makmur? Situasi ini mengajak kita peduli. Situasi seperti ini menggeser kita ke pronam (2): peduli dan posible.
Meski, barangkali, ada peluang bagi kita menciptakan ekonomi adil makmur, tetapi peluang itu kecil sekali. Kita terikat oleh sistem ekonomi dan politik yang mempertahankan status quo. Kita berada di pronam (3): lalai dan freedom. Semua aturan sudah dibuat untuk menjaga agar kita tetap berada dalam sistem ekonomi yang ada. Bagaimana jika kita mengubah aturan yang ada agar tercipta ekonomi adil makmur? Bagaimana jika kita membuat prototipe dan model ekonomi adil makmur? Bagaimana jika kita mengembangkan ekonomi adil makmur dengan meningkatkan pendidikan yang berkualitas? Pertanyaan-pertanyaan ini mengantar kita ke pronam (4): peduli dan freedom.
Terlalu sulit untuk mengubah undang-undang. Terlalu sulit untuk membuat model. Terlalu sulit untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kita berada di pronam (5): lalai dan komitmen. Tidak ada komitmen yang memadai untuk menciptakan sistem ekonomi adil makmur.
Memang sangat sulit untuk menciptakan ekonomi adil makmur. Tetapi bukankah selalu ada cara untuk mencapainya? Barangkali, kita bisa mulai dari karya-karya nyata kecil yang berguna bagi masyarakat. Petani menggarap pertanian dengan baik. Pedagang berdagang dengan jujur. Pengusaha membuka usaha yang adil. Pejabat menjalankan jabatan dengan amanah.
Dari arah berbeda, politikus berdiskusi terbuka dengan akademisi dan para pakar untuk menciptakan undang-undang ekonomi adil makmur. Diskusi-diskusi ini terbuka bagi masyarakat luas, sehingga, masyarakat bisa berpartisipasi. Kemudian, undang-undang ini disahkan secara politik dan legal. Sementara itu, pemerintah menjamin bahwa undang-undang dijalankan oleh semua pihak secara konsekuen. Hasilnya, tercipta sistem ekonomi adil makmur. Kita berhasil ke pronam (6): peduli dan komitmen.
Benarkah kita berhasil?
Tidak. Tidak ada jaminan komitmen. Apa yang kita bahas di atas, mencapai pronam (6), menuntut komitmen besar dari masyarakat luas. Sebagian besar masyarakat bisa saja tidak memberi komitmen. Mereka justru ingin mempertahankan status quo yang menguntungkan segelintir orang tertentu. Kita hanya bisa memastikan diri kita sendiri, secara personal, untuk berada di pronam (6). Dan, karena kita peduli, maka, selalu ada rasa resah dan gelisah dalam hati demi negeri ini.
Dari studi kasus di atas, kita melihat bahwa kita berhasil mencapai pronam (6) dalam berbagai sisi kehidupan. Bagaimana pun ada sisi kehidupan, misal sistem ekonomi adil makmur, yang tidak bisa dipaksa untuk mencapai pronam (6). Umumnya, kepentingan sosial memang lebih sulit karena kita harus saling hormat terhadap sikap masing-masing orang yang beragam. Meski demikian, kita tetap bisa menjalani pronam (6) secara personal untuk menghadapi tantangan sosial. Kita tetap bisa mendengar bisikan suara hati. Kita tetap semangat menyongsong masa depan alam raya ini.
5. Waktu adalah Segala
Waktu adalah segalanya. Jangan pernah mencela waktu karena waktu adalah Tuhan. Ungkapan orang bijak di atas sering ditambahkan menjadi “waktu adalah ciptaan Tuhan.” Bagaimana pun, kita menjadi sadar bahwa waktu adalah tema yang harus kita bahas dengan tuntas – andai bisa tuntas. Konsep waktu sebagai ukuran gerak matahari, atau gerak eksistensial, perlu kita bahas. Alternatifnya, kita bisa memahami waktu sebagai yang “menggerakkan” matahari. Waktu memberi waktu kepada matahari untuk bergerak. Sehingga, matahari memiliki waktu untuk eksis. Matahari bersedia menerima pemberian waktu, sehingga, waktu terdeteksi melalui gerak matahari. Waktu menjadi eksis. Jadi apa itu waktu sejati?
Waktu memberi kita, manusia, kesempatan dan waktu. Sehingga, kita punya waktu untuk eksis di alam ini. Jika kita tidak punya waktu, maka, kita tidak bisa eksis, kita tidak ada. Kita menerima anugerah waktu. Akibatnya, waktu menjadi ada melalui eksistensi manusia. Waktu dan manusia saling memberi dan saling menerima. Waktu dan manusia, sama-sama, anugerah.
Ada banyak teori tentang waktu. Kita akan membahas beberapa teori waktu dan menghubungkan dengan logika masa.
5.1 Ukuran Gerak
Waktu adalah ukuran gerak. Paling umum, waktu adalah ukuran gerak dari jarum jam dan gerak matahari. Kita bisa memperluas, waktu adalah ukuran gerak alam semesta, gerak kosmologi. Lebih presisi, waktu adalah ukuran gerak partikel-partikel quantum. Bisa juga, waktu adalah ukuran gerak substansial jiwa. Sehingga, waktu bersifat subyektif dan obyektif.
Sebagai ukuran gerak, aksidental mau pun substansial, waktu adalah derivatif. Waktu adalah hasil dari gerak. Sehingga, logika masa yang tepat adalah mengutamakan gerakan kerja di atas waktu. Dengan kata lain, jika kita mengatur kerja dengan baik, maka, akan tersedia waktu yang dibutuhkan. Orang-orang sering menyebut bahwa setiap orang memiliki waktu yang sama, yaitu, 24 jam sehari. Beberapa orang memanfaatkan waktu dengan baik sehingga sukses. Beberapa orang lain menyia-nyiakan waktu sehingga terpuruk. Memanfaatkan waktu adalah dengan mengutamakan pekerjaan-pekerjaan paling utama dalam rentang waktu yang tersedia.
5.2 Gerak Entropi
Teori lebih baru menyatakan bahwa waktu adalah ukuran gerak, penambahan, entropi. Hukum sains menyatakan bahwa entropi alam semesta selalu bertambah secara terus-menerus. Keunggulan waktu sebagai entropi adalah waktu selalu bergerak ke masa depan, karena, entropi selalu bertambah. Berbeda dengan gerak matahari atau jarum jam.
Kita bisa membayangkan gerak jarum jam ke arah mundur. Akibatnya, kita bisa membayangkan waktu bisa bergerak mundur ke masa lalu. Bandingkan dengan entropi yang selalu bertambah. Ketika jarum jam bergerak mundur, maka, nilai entropi tetap bertambah. Akibatnya, waktu entropi selalu bergerak ke masa depan. Dengan demikian, logika masa yang tepat adalah logika masa depan. Kita perlu untuk mengantisipasi masa depan.
Waktu, sebagai entropi, adalah totalitas bentangan-waktu: future-past-present. Entropi selalu menuju masa depan dengan menambah entropi diri. Sehingga, entropi selalu merangkul entropi masa lalu untuk ditambah dengan yang baru. Proses penambahan entropi melibatkan modifikasi masa kini.
Logika masa depan perlu menempatkan masa depan sebagai paling utama. Masa depan adalah posibilitas, freedom, dan komitmen. Kita perlu membuka posibilitas, peluang, baru yang bebas dan membebaskan seluruh umat dan alam raya. Untuk mencapai cita-cita itu, tentu saja, kita membutuhkan komitmen yang kuat. Cita-cita masa depan adalah mempersembahkan maha karya nyata Anda kepada semesta dan makin dekat dengan Maha Cinta. Masa depan merangkul masa lalu dengan membimbingnya menyusuri masa kini untuk menuju masa depan.
5.3 Waktu Sejati
Waktu sejati adalah sumber gerak itu sendiri. Waktu adalah yang menggerakkan matahari. Waktu adalah yang mendorong entropi alam raya terus bertambah. Waktu adalah yang menggerakkan substansi jiwa. Waktu adalah segalanya.
Waktu yang akan mengungkap segalanya.
Waktu yang akan membuka bahwa maha karya nyata Anda untuk semesta begitu mempesona. Karya Anda bermanfaat bagi masyarakat luas. Karya Anda membuka lapangan kerja. Karya Anda mencerdaskan generasi muda – dan generasi tua. Karya nyata Anda memberi inspirasi bagi seluruh semesta.
Waktu yang akan menghapus jarak antara diri Anda dengan Maha Cinta. Perlahan atau sekejap, waktu memusnahkan jarak dalam diri. Hanya ada cahaya diri dalam naungan cahaya cinta. Ada banyak kata. Ada banyak pesona rahasia. Ada limpahan cahaya cinta.
Waktu akan selalu menjadi temanmu.
Waktu membentang membentuk bentangan masa depan, masa lalu, dan masa kini: future-past-present.
Tataplah masa depan yang cemerlang. Biarkan cahaya masa depan menerangi seluruh masa lalu menjadi hikmah-hikmah bagimu. Tapaki masa kini yang penuh arti.
Catatan
Pintu 3 “Logika Masa” mengantar kita ke pembahasan praktis mengenai manajemen waktu dan manajemen kerja. Pada bagian akhir, kita berhadapan dengan tema teoritis waktu sejati dan entropi. Anda yang berminat mendalami tema teoritis, silakan merujuk ke tulisan-tulisan saya yang banyak membahas tema waktu. Sementara, untuk kepentingan praktis dan kepentingan umum, pembahasan Pintu 3 sudah cukup memadai.
Perubahan waktu terasa makin cepat, akhir-akhir ini, karena begitu cepatnya teknologi berubah. Setiap saat, ditemukan ratusan inovasi baru di belahan dunia dengan bantuan teknologi. Pintu 4 akan fokus membahas “Modifikasi Teknologi Media.” Sedikit catatan tambahan, Pintu 4 kadang-kadang membahas teknologi agak teknis. Sehingga, Anda bisa melewatkan beberapa bagian dari Pintu 4 dan lanjut ke Pintu 5.
Tinggalkan komentar