Pintu 2: Peka Menjadi Fakta

Rasa peduli kita menentukan mana fakta obyektif dan mana fakta subyektif. Ketika kita peka terhadap semua anugerah yang ada, maka, semua anugerah itu menjadi fakta bagi kita.

Anda membaca tulisan ini, barangkali, melalui internet. Atau, Anda sering akses internet untuk membaca atau menonton video melalui handphone atau laptop. Ketika Anda mematikan handphone, apakah, saat itu, tetap ada sinyal internet? Sinyal internet tetap ada karena ada wifi atau ada paket data. Tetapi apakah Anda bisa membaca atau menonton video jika handphone dimatikan?

Anda peka terhadap gambar dan tulisan di handphone. Sehingga, Anda bisa membaca tulisan di handphone. Tulisan di handphone itu nyata, benar-benar, ada. Tetapi, tulisan yang sama, sebenarnya ada juga di sinyal wifi Anda. Ketika handphone dimatikan, Anda tidak bisa membaca tulisan dari sinyal wifi. Anda tidak peka terhadap sinyal wifi. Sinyal wifi menjadi “tidak ada” karena kita tidak peka.

Peka menentukan sesuatu menjadi nyata atau sirna. Manusia perlu mengembangkan pendidikan setinggi-tingginya agar makin peka. Dengan peka yang tinggi, kita lebih mampu memahami lebih banyak realita dan kita bisa menciptakan realita baru melalui sains dan teknologi, misalnya.

1. Mata Semut Quantum
2. Mata Elang Gravitasi
3. Mata Manusia Dewasa
4. Anugerah di Dunia
5. Mengembangkan Makna dan Masa

Apakah Anda pernah main olah raga yang seru? Misal sepak bola atau badminton? Kadang, ketika asyik main badminton, kaki lecet hanya terasa sedikit panas. Selesai main badminton, lecet itu terasa panas sekali. Ketika asyik badminton, perhatian kita sepenuhnya dalam permainan itu. Hanya badminton yang nyata. Kaki lecet tidak nyata. Tetapi, selesai badminton, kita menjadi peka terhadap lecet di kaki. Lecet itu menjadi nyata. Bukankah itu karena perasaan subyektif? Atau, bisakah kita menunjukkan sesuatu yang benar-benar obyektif? Kita perlu mengkajinya.

Peka adalah realita dan realita adalah peka. Peduli adalah realita hati dan realita hati adalah peduli.

1. Mata Semut Quantum

Sains fisika mengaku sebagai kajian obyektif. Sebagian besar orang, barangkali termasuk diri kita, juga berharap sains bisa benar-benar obyektif. Sains mengkaji obyek-obyek di alam semisal batu, kayu, gerak benda jatuh, benda-benda langit, molekul, atom, dan lain-lain. Termasuk mengkaji asal mula alam semesta, big bang, pergerakan alam semesta, sampai prediksi alam semesta akan hancur pada waktunya.

Dilengkapi dengan matematika, sains fisika makin canggih. Produk-produk teknologi canggih, hampir semua, memanfaatkan teori fisika. Komputer Anda dan internet memanfaatkan hukum fisika. Pada waktunya, saintis penasaran, “Apa sejatinya penyusun seluruh alam raya?”

Penyusun seluruh alam raya adalah atom-atom. Misal, air bening yang Anda minum itu tersusun oleh atom hidrogen dan atom oksigen. Atom hidrogen itu eksis secara nyata bagi para saintis. Karena, para saintis peka terhadap teori atom. Sementara, kita tidak peduli dengan atom-atom hidrogen itu. Kita hanya peka terhadap air. Kita hanya peduli air itu dingin atau hangat untuk diminum. Apa yang kita peduli maka menjadi nyata, menjadi fakta.

Saintis bertanya lebih jauh, “Atom-atom itu tersusun oleh apa?” Kajian ini mengantar kepada teori quantum atau quantum mechanic (QM). Di mana, teori quantum ini mendorong perkembangan teknologi komputer dan internet makin canggih. Saat ini, sedang dikembangkan komputer quantum yang ribuan kali lebih hebat dari komputer jaman sekarang.

Kepekaan teori quantum terhadap obyek-obyek super kecil, sub-atomik, saya sebut sebagai mata-semut-quantum. Teori quantum peka terhadap sub-atomik maka realitas sub-atomik menjadi fakta yang nyata.

1.1 Beda dengan Mata Biasa

Istilah lompatan quantum, barangkali, sangat terkenal. Kita ambil contoh lompatan elektron dari kulit utama 3 menuju kulit utama 4 dengan menyerap energi cahaya. Elektron ini melompat dari 3 ke 4 tanpa transisi. Maksudnya, mula-mula di kulit utama 3, kemudian, tiba-tiba sudah berada di kulit utama 4. Tidak ada proses bertahap misal melalu 3,1 lanjut 3,2 sampai 3,9 misalnya. Elektron itu melompat begitu saja, nyaris, tanpa proses.

Mata semut quantum peka bisa melihat lompatan elektron. Tetapi, mata biasa tidak akan mampu melihatnya.

Dalam kehidupan nyata, kita sering mengalami lompatan-lompatan pemikiran. Dari berpikir kebaikan 1 melompat berpikir kebaikan 2. Kadang-kadang orang bisa bertobat. Dari perbuatan jahat tertentu “melompat” ke perbuatan baik tiada tara. Ketika kita peka terhadap lompatan itu maka lompatan itu menjadi nyata.

Lompatan kebaikan apakah yang akan Anda lakukan?

1.2 Peka terhadap Paradoks

Sains klasik cenderung yakin dengan kepastian. Sementara, mata semut quantum justru yakin dengan ketidak-pastian. Realitas quantum adalah pasti tidak pasti. Paradoks. Quantum sudah terbiasa menerima paradoks.

Paradoks paling terkenal, barangkali, adalah kucing Schrodinger. Kucing dalam kotak yang berdampingan dengan pemicu beracun dengan probabilitas 50% aktif. Apakah kucing dalam kotak itu hidup atau mati? Logika sains klasik menjawab kucing itu pasti, salah satu, antara hidup atau mati. Kita perlu membuka kotak untuk memastikannya. Logika quantum menjawab dengan berbeda, yaitu, kucing itu 50% hidup dan 50% mati. Kucing itu perpaduan, superposisi, hidup dan sekaligus mati. Selama, kotak tidak dibuka, maka, kucing itu berada imbang antara hidup dan mati. Mata semut quantum memang paradoks.

Masih banyak paradoks-paradoks lain di dunia quantum. Misal ketidakpastian Heisenberg, dualisme partikel gelombang, quantum entanglement, dan lain-lain. Dengan meminjam kacamata quantum, kita bisa melihat beragam paradoks. Kemudian, kita berpikir-terbuka menentukan respon terbaik terhadap paradoks tersebut. Orang yang tidak peka, dan tidak peduli, bisa saja bersikukuh hanya dengan satu sudut pandang. Tetapi, kita bisa meluaskan wawasan sehingga lebih peka, dan peduli, terhadap beragam sudut pandang.

1.3 Dunia Relasi

Kita terbiasa melihat mobil adalah tetap mobil, baik ketika kita buka mata atau tutup mata. Mobil itu eksis secara obyektif. Dalam dunia quantum bisa beda: relasi itu penting. Elektron ketika dilihat oleh mata, maka, elektron berperilaku sebagai partikel. Tetapi, bila tidak ada mata yang melihat, maka, elektron berperilaku sebagai gelombang. Realitas elektron ditentukan oleh relasi terhadap mata kita.

Dari perspektif quantum relasional, realitas adalah relasi di atas relasi. Perspektif relasional ini tergolong baru karena menggabungkan teori quantum dengan teori relativitas, yang kita bahas di bagian bawah. Elektron adalah gelombang dengan relasi “dicuekin” – dalam arti tidak diamati oleh pengamat. Jika orang kedua tetap tidak mengamati elektron maka elektron berlanjut sebagai gelombang. Demikianlah, realitas elektron ditentukan oleh relasi-relasi. Tetapi, bila pengamat ketiga mengamati elektron tersebut maka elektron berubah perilaku menjadi partikel. Tercipta relasi realitas baru.

Dalam kehidupan nyata, barangkali, orang tidak mengira bahwa kepekaan dirinya menciptakan realitas dunia nyata. Sinar matahari pagi menjadi begitu indah karena mata kita memandangnya. Cahaya rembulan begitu syahdu karena mata kita tertuju. Hembusan angin begitu segar karena badan kita yang merasakan elusannya. Tentu saja, matahari pagi tetap bersinar ketika tidak ada mata yang memandang. Tetapi, sinar itu menjadi sinar yang murung bermuram durja. Hanya ketika ada relasi dengan mata kita, matahari memancarkan sinar penuh makna.

2. Mata Elang Gravitasi

Mata elang berbeda dengan mata semut. Mata elang mampu melihat obyek yang luas dari jarak sangat jauh. Elang terbang tinggi di atas bukit. Bisa puluhan meter atau ratusan meter di atas bukit. Dari ketinggian itu, mata elang, yang tajam, menatap seluruh wilayah yang luas untuk menemukan sasaran. Mata elang mampu melakukan semua tugas itu dengan baik.

Mata semut sangat teliti kepada hal-hal kecil dan dekat. Mata elang sangat tajam kepada hal-hal yang luas dari jarak jauh. Mata mereka, semut dan elang, berbeda. Kita membutuhkan kedua mata tersebut: mata-semut-quantum dan mata-elang-gravitasi.

2.1 Teori Gravitasi

Mata gravitasi mengamati matahari, bulan, bumi, dan planet-planet lain. Meski matahari berjarak ribuan kilometer dari bumi, gravitasi matahari kita rasakan di bumi. Begitu juga, bulan sangat jauh dari bumi. Cobalah jalan-jalan di pantai ketika bulan purnama, maka, Anda akan melihat pengaruh gravitasi bulan. Bulan purnama menarik air laut, sampai, air laut menjadi pasang. Begitu bulan bersembunyi, maka air laut surut kembali.

Realitas gravitasi begitu jauh tetapi tetap berarti.

Mengapa gravitasi bulan mampu mempengaruhi air laut menjadi pasang naik, padahal, jaraknya sangat jauh? Karena ukuran bulan sangat besar. Karena massa bulan sangat besar. Ukuran bulan lebih besar dari badan kita. Lebih 7 juta kali lipat dari badan kita. Karena ukuran besar itu, maka, gravitasi bulan mampu menarik air laut menjadi pasang meski jauh.

Kita bisa menempatkan bola di atas laut. Bola itu tidak akan bisa menarik air laut menjadi pasang naik. Karena ukuran bola terlalu kecil. Akibatnya, gravitasi dari bola tidak dirasakan oleh air laut. Tetapi, sejatinya, gravitasi dari bola itu tetap ada. Hanya tidak signifikan. Kita bisa mengamati lebih detil mengapa hanya bulan purnama yang bisa menarik air laut pasang naik sampai tinggi? Mengapa bulat sabit tidak bisa menarik pasang yang tinggi? Karena, gravitasi bulan purnama bersinergi dengan gravitasi matahari. Akibatnya, secara total, menghasilkan efek pasang naik lebih tinggi.

Segalanya penuh arti. Bulan, matahari, dan bola semuanya memberi arti. Semua memberi gaya gravitasi. Besar atau kecil tetap berguna. Jauh atau dekat tetap bermakna. Demikianlah, teori gravitasi. Segala sesuatu saling menciptakan relasi.

Dalam kehidupan nyata, kita perlu lebih waspada. Karena semua yang ada di sekitar kita selalu bermakna. Besar atau kecil. Jauh atau dekat. Semua memang nyata.

Matahari yang ukurannya besar, sampai, mampu membelokkan ruang di sekitarnya. Cahaya bintang yang melintas dekat matahari akan sedikit berkelok lantaran gravitasi matahari. Dalam teori relativitas, massa yang besar semisal matahari, mampu membelokkan ruang. Akibatnya, cahaya yang seharusnya bergerak lurus di dekat matahari, menjadi bergerak berbelok sesuai lengkungan ruang. Seperti tidak masuk akal.

Dalam kehidupan sehari-hari, konsentrasi yang kuat pada suatu tujuan baik akan mampu menggerakkan realitas sekitarnya untuk ikut menyesuaikan.

2.2 Gravitasi Quantum

Awalnya, teori gravitasi terpisah dari teori quantum. Mata elang terpisah dari mata semut. Selanjutnya, para ilmuwan berniat menyatukan mereka menjadi gravitasi quantum. Kita membutuhkan keduanya. Tidak mudah untuk menyatukan quantum dan gravitasi. Quantum terbiasa mengkaji partikel mikro semisal elektron. Sedangkan, gravitasi terbiasa mengkaji fenomena makro semisal matahari.

Formula-formula quantum menjadi berbeda dengan formula gravitasi dan tidak berhubungan. Rumus-rumus elektron, misalnya, tidak berguna untuk menentukan gaya gravitasi matahari ke bumi. Sebaliknya, juga tidak berguna. Rumus gravitasi tidak berguna terhadap gerak dan perilaku elektron. Ditambah lagi, asumsi mereka terhadap realitas saling bertentangan. Quantum menganggap realitas adalah diskrit misal ada 1 elektron, 2 elektron, 3 elektron dan seterusnya. Tidak pernah ada setengah elektron. Sementara, gravitasi memandang realitas sebagai kontinyu sambung menyambung. Gravitasi matahari menjangkau bumi secara kontinyu sambung-menyambung tanpa putus.

2.3 Lingkaran Malaikat

Umumnya, terjadi lingkaran setan. Kita berniat mengubahnya menjadi lingkaran malaikat melalui lingkaran manusia. Lingkaran setan terbentuk ketika kita melihat suatu obyek membutuhkan ketelitian. Kita membutuhkan mata semut quantum. Tetapi, mata quantum ini tidak lengkap karena obyek tersebut dipengaruhi alam secara luas, dipengaruhi gravitasi. Kita bisa berpindah ke mata elang gravitasi untuk melihat situasi global. Pada gilirannya mata elang gravitasi juga tidak lengkap karena membutuhkan pandangan detil mata quantum. Kita terjebak dalam lingkaran setan.

Kita bisa mengubah lingkaran setan menjadi lingkaran malaikat dengan menciptakan makna hikmah dalam setiap pandangan. Apa makna gravitasi quantum? Apa interpretasinya? Apa hikmahnya?

Fakta sains quantum disepakati oleh para ilmuwan. Tetapi, terdapat banyak interpretasi yang berbeda tentang quantum. Demikian juga, ilmuwan sepakat tentang fenomena gravitasi. Sementara, makna gravitasi tetap menjadi tanya jawab besar.

(1) Gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda bermassa. Makna gravitasi sebagai gaya, tampak, jelas bagi fisika klasik Newton. Tetapi, kita masih bisa mengajukan pertanyaan apa yang dimaksud dengan “gaya” dan “massa” itu sendiri.

(2) Gravitasi adalah efek dari partikel elementer graviton. Fisika modern menyadari sulitnya memaknai gravitasi, kemudian, mengenalkan konsep graviton. Sampai sekarang, para ilmuwan belum bisa mendeteksi eksistensi graviton. Dari analisis, graviton lebih lembut dari Higgs Boson.

(3) Gravitasi adalah gelombang, yaitu, gelombang gravitasi. Sekitar tahun 2015, ilmuwan berhasil mendeteksi gelombang gravitasi. Gravitasi memiliki karakter gelombang. Tetapi, kita masih perlu interpretasi lebih lanjut apa makna gravitasi yang memunculkan karakter gelombang itu.

(4) Gravitasi adalah medan. Yaitu medan, di mana, efek gravitasi bisa dideteksi. Wajar, kita bertanya apa makna medan?

(5) Medan adalah realitas paling fundamental dari mana ruang dan waktu bisa eksis. Makna medan adalah medan ontologis.

Kiranya, uraian di atas cukup menunjukkan keragaman makna gravitasi. Kita bisa menambahkan lebih banyak lagi makna, dan interpretasi, dari quantum. Poin utama kita adalah, terbukti, bahwa kaca mata sains memperkaya sudut pandang manusia dengan kepekaan kualitas tinggi. Realitas yang tidak tampak oleh mata biasa, pada gilirannya, bisa dikaji dari sudut pandang sains. Ilmuwan mengklaim bahwa obyek sains adalah realitas obyektif. Dengan kata lain, quantum dan gravitasi adalah realitas obyektif bagi ilmuwan dan manusia umumnya.

Lebih dari itu, quantum dan gravitasi mengajak kita membuat interpretasi terhadap fakta-fakta sains. Interpretasi itu sendiri bisa bernilai lebih besar, atau sama besar, dengan fakta sains. Interpretasi akan menunjukkan arah perkembangan sains ke depan. Interpretasi sains membuka pintu bagi makna sains yang lebih luas dan lebih mendalam.

Makna sains adalah lingkaran malaikat. Ketika kita mengkaji makna dan hikmah sains, maka, kita mengubah lingkaran setan dari sains menjadi lingkaran malaikat. Apa hikmah yang Anda kembangkan dari sains?

3. Mata Manusia Dewasa

Mata manusia dewasa berbeda dengan mata anak kecil. Mata manusia dewasa berbekal pengalaman luas: bahasa, ilmu, dan nafsu. Sementara, mata anak kecil adalah mata yang tulus. Anak kecil melihat obyek apa adanya. Manusia dewasa melihat obyek sebagai ada apanya.

3.1 Mata Ilmu

Cahaya ilmu menyinari seluruh alam semesta. Mata manusia perlu cahaya untuk bisa melihat realita. Tidak cukup hanya menggunakan mata yang tulus. Kita perlu melihat realitas dengan mata yang berbekal cahaya ilmu.

(a) Bekal ilmu. Ketika kita melihat alam raya, kita perlu bekal ilmu. Misal, kita melihat pohon di kebun. Ilmu fisika menunjukkan bahwa pohon itu bisa tegak di atas tanah karena ada akar yang menopangnya. Ilmu ekonomi menunjukkan bahwa pohon itu akan menghasilkan buah yang bisa diperdagangkan. Ilmu etika menunjukkan bahwa pohon itu menjaga keseimbangan alam sehingga kita perlu merawatnya dengan baik.

Tanpa ilmu, seseorang hanya bisa melihat pohon sebagai batang dan daun belaka. Dengan ilmu yang luas, kita bisa memandang pohon jauh lebih luas lagi.

(b) Menerapkan ilmu. Melangkah lebih jauh, kita menerapkan ilmu di dunia nyata. Dengan ilmu fisika, kita tahu bahwa batang pohon yang panjang itu bisa kita potong menjadi 5 bagian. Kemudian, masing-masing potongan kita tanam lagi. Sehingga, mereka tumbuh menjadi 5 pohon yang baru. Ilmu fisika yang dilengkapi dengan ilmu biologi berguna untuk pertanian.

Kita bisa menerapkan ilmu ekonomi. Pohon itu bisa kita jual kepada orang yang membutuhkan. Kemudian, hasil penjualan itu kita manfaatkan untuk merawat perkebunan yang ada dan kebutuhan hidup masyarakat sekitar.

Ilmu etika memberi tantangan kepada kita. Apa perilaku terbaik kepada pohon itu? Barangkali membiarkan pohon hidup apa adanya adalah yang terbaik. Pohon itu tumbuh dan melindungi tanah di sekitarnya. Atau, barangkali, menjual pohon kepada orang yang tepat adalah lebih baik. Mereka, orang yang tepat, dapat mengolah pohon untuk manfaat yang lebih besar. Atau, barangkali, kita justru harus mewat pohon itu di tempatnya. Karena, tempat itu membutuhkan lebih banyak penghijauan. Kita bisa menerapkan ilmu etika pada situasi ini.

(c) Menambah ilmu. Keunggulan utama ilmu adalah selalu berkembang. Ilmu selalu bertambah. Orang yang tidak menambah ilmu adalah orang yang ketinggalan jaman. Mereka terancam tergilas roda peradaban. Kita perlu, selalu, menambah ilmu. Dengan bekal ilmu dan menerapkan ilmu, kita berpikir terbuka untuk menerima ilmu-ilmu baru.

3.2 Mata Bahasa

Bahasa merupakan keunggulan umat manusia. Lebih dari dugaan biasanya, bahasa membentuk cara kita melihat realita. Bukan hanya kita menggunakan bahasa untuk bicara. Tetapi, kita dibentuk oleh bahasa dalam berbicara, mau pun, dalam bersikap. Kita perlu memanfaatkan mata bahasa dengan bijak.

(a) Nama-nama. Apa arti sebuah nama? Nama adalah segalanya. Dengan nama, kita memahami seagala yang ada. Saya punya anak pertama bernama Syifa dan, adiknya ketiga, Shadra. Bagi orang yang baru kenal, mereka, menganggap Syifa dan Shadra adalah anak kembar yang sama persis. Mereka tidak bisa membedakan kedua anak saya. Kemudian, saya mengenalkan anak saya lengkap dengan ciri masing-masing. Dengan fokus kepada nama, Syifa dan Shadra, orang-orang yang baru kenal itu, akhirnya, bisa membedakan kedua anak saya.

Nama adalah kekuatan bahasa. Dengan nama, kita memahami realita. Dengan nama, kita berkreasi menghadirkan beragam karya cipta.

Apakah Anda bisa membedakan sains fisika dengan sains kimia? Jika kita fokus kepada sains, maka, keduanya adalah sama-sama sains. Tetapi, jika kita fokus kepada fisika, misal tentang perpindahan elektron yang menghasilkan tenaga listrik, maka, kita mengenal karakter sains fisika. Demikian juga, jika kita fokus kepada kimia, misal pengaruh elektron terhadap reaksi beberapa unsur, maka, kita mengenal karakter kimia. Meski mereka sama-sama sains yang mengkaji elektron, karena fisika berbeda nama dengan kimia, maka kita bisa membedakannya.

(b) Struktur bahasa. Lebih lanjut, bahasa menciptakan struktur yang unik. “Kera makan pisang” adalah contoh struktur bahasa dengan logika yang jelas. Struktur sebaliknya sulit diterima logika, “pisang makan kera.” Bahasa menciptakan struktur pikiran dan, sebaliknya, pikiran menciptakan struktur bahasa. Ada hubungan timbal balik antara struktur bahasa dan struktur pikiran.

Dengan demikian, kita perlu waspada dengan struktur bahasa kita. Manusia memandang alam raya berdasar struktur bahasa yang mereka miliki. Dengan kata lain, struktur bahasa mencipta realita. Ketika kita melihat kera dan pisang, maka, struktur bahasa menjamin bahwa “kera bisa makan pisang” tetapi, sebaliknya, tidak bisa terjadi “pisang bisa makan kera.”

Situasi lebih rumit bisa terjadi. “Negara kawan” tidak mungkin jahat terhadap negara kita. “Negara kawan” selalu berbuat baik kepada kita. Sebaliknya, bisa kita pahami. “Negara lawan” tidak mungkin berbuat baik kepada negara kita. “Negara lawan” selalu berbuat jahat. Tentu saja, kita sadar bahwa sulit melabeli suatu negara tertentu sebagai kawan atau lawan. Atau, kadang, setiap negara senantiasa bergerak dinamis sebagai kawan atau lawan sesuai beragam kepentingan.

(c) Makna realita. Bahasa membantu kita memahami makna realitas yang jauh. Baik jauh secara ruang mau pun waktu.

Hanya dengan bahasa kita bisa memahami bahwa “Indonesia merdeka pada tahun 1945.” Peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah berlangsung lebih dari 70 tahun yang lalu, jauh secara waktu. Tanpa bahasa, kita sulit memahami masa lalu. Demikian juga tentang cita-cita masa depan. “Tahun 2045 Indonesia akan berhasil meraih Indonesia emas yang adil makmur.”

Lebih dari itu, bahasa membantu manusia memahami beragam konsep yang hanya bisa dipahami melalui bantuan bahasa. Misal “konsep” itu sendiri hanya bisa dipahami melalui bahasa. Tidak ada benda fisik yang bernama “konsep”. Dan, tidak ada kegiatan tertentu yang disebut sebagai “konsep”. Konsep adalah realitas bahasa itu sendiri.

Dengan bahasa, kita bisa mengembangkan konsep abstrak yang kaya akan makna. Di antaranya, kita mengenal quantum, relativitas, real, imajiner, logaritma, kredit, debet, adil, makmur, dan lain-lain. Salah satu konsep paling penting adalah konsep dan makna cinta. Kita akan segera membahas tema cinta di bawah ini.

3.3 Mata Cinta

Ketika lapar, mata melihat setiap makanan begitu nikmat. Ketika kenyang, mata melihat hidangan makanan dengan biasa-biasa saja. Mata nafsu melihat segala sesuatu dengan birahi. Mata cinta melihat segala sesuatu dengan cahaya nurani.

Rasa cinta berdekatan dengan rasa rindu, kangen, resah, dan gelisah. Pada bagian ini, kita akan membahas cinta terutama yang berhubungan dengan resah dan gelisah.

Resah

Rasa resah muncul seperti ada sesuatu yang tidak beres. Resah menunjukkan sesuatu yang tidak beres. Memang, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Baik, sesuatu itu ada di luar sana. Atau, sesuatu itu ada dalam diri kita. Resah menunjukkan itu, yang tidak beres itu.

Solusinya, temukan sesuatu yang tidak beres itu. Berikan perhatian kepada sesuatu itu. Lalu, bantu dia untuk membereskan dengan baik. Atau, jika Anda tidak bisa membantunya, barangkali, cukup dengan rasa empati dan doa terbaik untuknya.

Sumber resah itu, bisa jadi, ada dalam hati kita sendiri. Bukan sesuatu yang di luar sana. Mengapa hati resah? Barangkali ada janji yang belum dipenuhi. Baiklah, Anda bisa mencoba beberapa solusi untuk memenuhi janji. Atau, penyebab resah itu, barangkali ada sesuatu yang salah dalam diri kita. Cobalah mawas diri. Temukan cara, yang tepat, untuk koreksi diri.

Resah bukan masalah. Resah menunjukkan ada masalah. Resah membuka mata hati untuk peduli.

Gelisah

Rasa gelisah adalah puncak dari seluruh rasa. Gelisah lebih utama dari resah, takut, bosan, cemas, dan lain-lainnya.

Masalah tertentu bisa memicu munculnya rasa gelisah. Tetapi, gelisah lebih tinggi dari masalah. Gelisah menjadikan semuanya tak berarti. Harta menjadi tiada arti. Teman tidak ada arti. Seluruh isi dunia menjadi kurang berarti. Gelisah membubung tinggi.

Apa yang dicari oleh rasa gelisah? Ada di mana rasa gelisah? Apa itu rasa gelisah? Gelisah lebih besar dari pertanyaan “apa”. Gelisah lebih luas dari pertanyaan “di mana”. Gelisah lebih tersembunyi dari semua yang dicari. Gelisah adalah rindunya hati kepada Sang Maha Tinggi. Gelisah adalah alunan nada-nada cinta dari Sang Maha Cinta.

Peka Universal

Peka adalah universal. Peka adalah semesta alam raya. Peka adalah fakta. Peka maka menjadi fakta.

Peka adalah peduli masa depan dirinya bersama alam raya.

Manusia adalah peka itu sendiri. Tanpa rasa peka, sejatinya, manusia itu tidak ada. Terutama, tidak ada makna. Dengan peka, kita menjadi ada. Peka terhadap apa?

(a) Peduli terhadap masa depan. Kita menjadi ada karena kita peduli terhadap masa depan. Anda bekerja untuk masa depan yang lebih baik. Anda olah raga agar besok tetap sehat. Anda makan sarapan agar bisa bertahan hidup sampai siang. Anda membaca tulisan ini agar bertambah wawasan setelahnya. Hanya mereka yang peduli dengan masa depan, mereka menjadi ada.

(b) Dirinya. Peduli terhadap masa depan dirinya. Ketika kita peduli berada di masa depan, maka, diri kita ini sudah ada di masa lalu. Jadi, yang berharap punya masa depan itu adalah diri kita yang sudah ada di masa lalu ini. Maksudnya, kita perlu mempelajari sejarah diri kita di masa lalu untuk bisa menuju masa depan. Kita bebas memilih masa depan, tetapi, kita selalu berbekal sejarah masa lalu. Bagaimana pun, hikmah sejarah masa lalu diri kita itu, kita melihatnya dengan perspektif masa depan. Sehingga, masa depan punya peran yang sangat kuat untuk menggali hikmah masa lalu. Akibatnya, setiap orang selalu bisa memperoleh hikmah dengan membuka pikiran dan hatinya.

(c) Bersama alam raya. Peduli bahwa kita selalu bersama alam raya saat ini. Kita selalu bersama alam raya. Di masa depan, masa lalu, dan masa kini. Karena itu, ketika kita peduli dengan masa depan diri, maka, kita juga harus peduli dengan masa depan alam raya. Diri kita menjadi benar-benar nyata karena bersama, dan berada dalam, alam raya. Maksud alam raya meliputi alam natural dan kultural.

Pembahasan kita di atas mengambil contoh manusia yang peka terhadap masa depan. Apakah benda di alam raya, misal batu, juga peka terhadap masa depan? Tentu saja peka. Mereka peka terhadap masa depan hanya saja berbeda kadar dengan manusia. Batu peka terhadap masa depannya, yaitu, menuju entropi yang lebih besar (sesuai hukum sains termodinamika). Untuk bisa menambah entropi, batu perlu modal entropi dari masa lalunya. Bagaimana pun, entropi batu adalah totalitas bersama benda-benda di sekitarnya.

Jadi, realitas alam raya dan realitas diri kita terhubung dengan tingkat peka dan peduli.

Rasa gelisah adalah tingkat kepekaan paling tinggi. Ketika gelisah, kita sadar berada di alam raya, di saat yang sama, kita melayang tinggi lebih dari alam raya. Gelisah adalah sapaan lembut dari Sang Maha Tinggi. Gelisah adalah kepekaan cinta kepada Sang Maha Cinta.

Gelisah membuka mata kita untuk menjadi mata cinta. Kita menyongsong masa depan bersama alam raya yang bertabur cahaya cinta. Kita melihat masa lalu, semua sejarah, dengan pandangan cahaya cinta. Kita menyapa semua yang ada dengan kelembutan cinta.

4. Anugerah di Dunia

Mata yang paling penting bagi manusia adalah mata yang mampu melihat semua realitas di dunia sebagai anugerah yang nyata. Mata yang peka bahwa setiap debu adalah anugerah, setiap hembusan nafas adalah anugerah, bahkan setiap kegelapan adalah anugerah juga. Mata yang sama melihat setiap orang adalah anugerah. Orang tua adalah anugerah, saudara adalah anugerah, tetangga adalah anugerah, teman adalah anugerah, bahkan lawan juga anugerah.

Tetapi, makna dunia itu sendiri bisa lebih luas dari aslinya. Dunia kerja adalah anugerah, dunia bisnis adalah anugerah, dunia politik adalah anugerah. Semua dunia adalah anugerah. Bahkan, dunia setelah kematian adalah anugerah. Atau, dunia kubur adalah anugerah. Sampai, akhirat adalah anugerah. Sementara, Tuhan adalah sumber anugerah dari segala anugerah.

4.1 Anugerah Dunia Semesta

Anugerah paling nyata bagi manusia adalah alam semesta ini. Sebaliknya juga benar. Manusia adalah anugerah bagi dunia semesta. Selanjutnya, manusia mengembangkan dunia budaya: bahasa, sains, seni, olah raga, politik, dan lain-lain. Dunia teknologi merupakan anugerah yang unik, yaitu, gabungan antara alam dan budaya.

Kita sudah membahas di Pintu 1 “Anugerah Semua” bahwa semua semesta yang ada adalah anugerah. Kita hanya perlu meningkatkan kepekaan mata kita untuk melihat segala yang ada adalah anugerah yang nyata. Sementara, anugerah teknologi yang begitu dahsyat, kita bahas secara mendalam di Pintu 3 “Modifikasi Teknologi.”

4.2 Anugerah Dunia Diri

Di dunia luar ada anugerah, di dalam diri manusia ada anugerah juga. Dunia diri adalah lautan tak bertepi. Kita bisa menyelami rahasia diri tanpa pernah henti. Siapakah diri ini?

Dunia diri adalah yang paling dekat dengan diri kita, yaitu, diri kita sendiri. Tetapi, mengenali diri sendiri memunculkan banyak misteri. “Orang yang mengenal dirinya, maka, sungguh dia mengenal Tuhannya.”

Diri kita adalah kebaikan yang berlimpah. Kebaikan ini mengalun dengan harmonis menjadi karya-karya indah di dunia nyata. Baik berupa karya seni, sains, ekonomi, hukum, politik, dan lain-lain. Berlimpahnya kebaikan itu terus berlimpah. Kadang, orang tidak sanggup menjaga ukuran berlimpah sampai menjadi berlebihan. Akibatnya, kebaikan berubah menjadi bencana. Makan terlalu banyak justru menjadi penyakit. Bekerja terlalu banyak merusak badan sendiri. Olah raga terlalu banyak justru cidera. Hanya kebaikan berlimpah yang harmonis, yang akan bisa, menjadi kebaikan nyata.

Bagaimana anugerah diri dalam dirinya sendiri? Contoh kita di atas adalah anugerah diri yang terungkap ke dunia luar misal berupa sains. Anugerah diri juga melimpah ke dalam diri sendiri ditandai munculnya rasa gelisah sejati. Gelisah lebih tinggi dari seluruh dunia dan isinya. Gelisah adalah diri kita sedang mendekati Sang Maha Cinta. Berlimpah rahasia di sana. Kita akan membutuhkan lebih banyak kata-kata perlambang untuknya.

Di sini, kita akan meringkas salah satu poin pentingya: Maha Cinta berjalan seiring dengan maha karya.

Untuk menyelami diri menuju Maha Cinta, di saat yang sama, kita perlu mempersembahkan yang terbaik kepada alam raya, yaitu, maha karya. Dengan kata lain, kita hanya bisa mengenali Maha Cinta, ketika, kita mengembangkan maha karya yang nyata. Sebaliknya juga berlaku. Kita hanya bisa mengembangkan maha karya yang nyata, ketika, di saat yang sama, kita dekat dengan Maha Cinta. Anugerah-anugerah ini begitu besar. Bersiaplah dengan membuka pikiran, membuka hati, dan membuka diri.

4.3 Anugerah Masa

Mumpung masih ada waktu, mari kita manfaatkan dengan baik. Anugerah masa memberi kita kesempatan untuk hidup bermakna. Tetapi, orang-orang bisa terlena dengan membuang-buang waktu. Bahkan, ada yang ingin membunuh waktu. Padahal, waktu adalah anugerah untuk terus maju.

Anugerah Masa Depan

Waktu adalah segalanya. Waktu adalah uang. Waktu adalah pedang bermata dua.

Berbagai macam ungkapan menegaskan betapa pentingnya nilai waktu. Jika waktu adalah uang, maka, kita bisa menukar waktu dengan uang. Kita bisa membeli waktu, tidak mungkin bisa itu. Terlalu murah bila waktu setara dengan uang. Waktu jauh lebih bernilai dari uang.

Waktu adalah pedang bermata dua. Ungkapan ini tepat menggambarkan kekuatan waktu. Di satu sisi, waktu membantu kita mengatasi segala hambatan dengan memberi beragam kesempatan. Di sisi lain, waktu bisa begitu saja berlalu, orang-orang melukai diri sendiri dengan lengah terhadap waktu.

Waktu adalah segalanya. Gambaran tepat betapa besar peran waktu. Tidak ada yang setara dengan waktu. Karena waktu adalah segalanya. Anugerah waktu adalah segalanya. Terutama, anugerah masa depan.

Anugerah masa depan memberi kita beragam posibilitas, peluang, yang terbuka luas. Tentu, kita bisa meraih masa depan cemerlang yang menjadi cita-cita. Lebih dari itu, masa depan bisa memperbaiki masa lalu yang kelam menjadi penuh hikmah. Ketika Anda menjadikan pengalaman kelam masa lalu menjadi pelajaran untuk membentuk masa depan terbaik, maka, Anda telah mengubah kelamnya masa lalu menjadi secercah hikmah.

Masa depan memberi kebebasan yang membebaskan. Tentu saja, masa depan menuntut kita untuk komitmen kepada kebaikan. Kita membahas lebih lengkap tentang anugerah waktu di Pintu 3 “Logika Masa”.

Anugerah Pasif

Sebagian besar anugerah adalah anugerah pasif. Kita tidak perlu berusaha untuk lahir, kita hanya pasif, kita dilahirkan oleh ibu tercinta. Kita tidak berusaha menciptakan mata, kita pasif saja, kita mempunyai mata. Secara pasif, kita menerima anugerah pikiran, hati, dan kehidupan.

Dari arah berbeda, kita perlu waspada. Kita pasif saja, tiba-tiba, semut menggigit sampai terasa sakit. Lebih beresiko, bila tiba-tiba, ular berbisa menggigit. Dalam realitas sosial, seseorang bisa cuek terhadap urusan politik. Resiko politik tetap mengenainya. Dia wajib membayar pajak yang makin mahal. Dia tidak bisa menikmati kekayaan alam yang dikuasai oleh segelintir kekuatan politik. Dia tidak bisa menduduki jabatan kepala daerah dan lain-lain. Seseorang bisa tutup mata, tetapi dampak resiko tetap dia rasa.

5. Mengembangkan Makna dan Masa

Kepekaan yang tinggi membuka diri kita siap menerima makna dan memberi makna. Kita perlu bergerak dari peka terhadap semua dunia menuju peka terhadap masa – masa depan, masa lalu, dan masa kini. Hanya manusia yang memiliki kemampuan unik menciptakan makna dan peka terhadap makna. Tumbuhan dan binatang, misal, peka terhadap sinar matahari. Tetapi mereka, tumbuhan dan binatang, tidak peka terhadap makna sinar matahari. Sementara, kita peka terhadap makna sinar matahari, misal, sinar matahari adalah lambang pencerahan dan kehangatan. Bagaimana pun, manusia bisa menciptakan makna yang berkebalikan. Sinar matahari bermakna sebagai siksaan yang membakar kulit manusia.

Presiden Soekarno adalah presiden terbaik sepanjang sejarah Indonesia. Benarkah? Atau, presiden yang biasa-biasa saja? Atau, bahkan, presiden yang memiliki kepentingan tersembunyi?

Kita, sebagai orang Indonesia, peka terhadap makna presiden Soekarno.

Pertama, Soekarno adalah presiden terbaik. Karena, Soekarno adalah proklamator dan presiden pertama RI. Soekarno berhasil mempersatukan Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Lebih-lebih, kita kagum dengan peristiwa Sumpah Pemuda dan Konferensi Asia Afrika.

Kedua, dia adalah presiden yang biasa-biasa saja. Memang biasa, seperti itulah presiden, wajar. Sebagai pemuda yang hidup di era kolonial, wajar, dia berjuang menuntut kemerdekaan. Saatnya merdeka, banyak pejuang-pejuang kemerdekaan yang mendorong dia untuk proklamasi. Jadi, semua itu adalah respon yang wajar, biasa-biasa saja, bagi seorang presiden. Setelah merdeka, terjadi ketegangan dengan Eropa dan USA. Kemudian, presiden menggalang komitmen untuk Asia dan Afrika adalah wajar. Semuanya wajar dan biasa-biasa untuk ukuran seorang presiden Indonesia.

Jadi, Soekarno adalah yang terbaik atau wajar saja?

Terbukti bahwa kita bisa menciptakan makna secara kreatif dan bebas. Bagi yang setuju sebagai presiden terbaik, maka, bisa menciptakan makna presiden terbaik. Bahkan, mereka bisa menambahkan lebih banyak lagi bukti-bukti sejarah untuk menguatkan sebagai presiden terbaik. Tetapi, bagi orang yang menilainya sebagai wajar saja, mereka, bisa menciptakan makna wajar saja itu. Dan, juga, mereka bisa menambahkan lebih banyak lagi bukti-bukti sejarah.

Kita bisa menambahkan penyelidikan, “Apa tujuan menetapkan sebagai terbaik atau sebagai wajar saja?”

Kita bertanya tentang tujuan masa depan atas suatu makna – terbaik atau wajar. Tujuan masa depan ini, memiliki peran menentukan makna, lebih besar dari data-data masa lalu. Kita akan memperhatikan tujuan politis dan inspirasi.

Bagi yang menyatakan bahwa Soekarno adalah presiden terbaik berharap agar penduduk Indonesia kagum. Kemudian, penduduk Indonesia mengidentifikasi partai politik tertentu adalah penerus presiden Soekarno. Akibatnya, ketika pemilu, penduduk Indonesia memilih partai politik tersebut. Hasilnya, mereka memperoleh suara terbanyak dan memenangkan kursi kepala daerah atau kepala negara. Yang seperti itu adalah tujuan politis.

Sementara, tujuan inspirasi berharap generasi sekarang memperoleh inspirasi dari perjuangan Soekarno. Para generasi muda bisa belajar dari pengalaman Soekarno, kemudian, meneladaninya untuk berjuang membela Indonesia meraih adil makmur.

Bagi yang menilai wajar saja, maka, memiliki tujuan politis yang berbeda. Kita memiliki alternatif sistem politik dan tokoh politik yang lebih baik dari yang wajar seperti itu. Kita perlu pembaharuan dan reformasi total. Kemudian, harapannya, penduduk Indonesia mengidentifikasi partai politik yang mendukung pembaharuan dan reformasi total. Akibatnya, mereka menang pemilu untuk dewan, kepala daerah, dan kepala negara.

Tujuan inspirasi menyatakan bahwa sukses Soekarno adalah sukses yang wajar sebagai pejuang kemerdekaan. Semua orang mempunyai peluang yang sama untuk meraih sukses seperti Soekarno. Generasi muda sekarang bisa sama baik dengan Soerkarno. Lebih dari itu, generasi sekarang bisa lebih baik dari generasi pendahulu.

Analisis tujuan masa depan, di atas, membantu kita untuk lebih mudah memahami argumen mengapa terbaik dan mengapa wajar. Karena masa depan adalah peluang, posibilitas, maka masa depan terbuka terhadap beragam kreativitas makna. Dengan berpikir masa depan, kita menjadi lebih mudah berpikir-terbuka.

Jadi, kesimpulannya, terbaik atau wajar saja? Anda bisa menjawab ini dengan melakukan analisis lebih mendalam.

Hidup Anda Terbaik

Apakah hidup Anda adalah hidup versi terbaik atau biasa-biasa saja?

Anda bebas memilih makna – terbaik atau biasa-biasa saja. Dan, Anda selalu punya argumen yang kuat atas pilihan makna itu. Anda memaknai hidup Anda sebagai biasa-biasa saja adalah benar. Anda memaknai hidup Anda sebagai hidup versi terbaik, juga, sama benar.

Pengembangan makna ini berkaitan erat dengan aspek masa atau waktu. Kita membahas, secara khusus, aspek waktu di bagian selanjutnya.

Catatan

Melalui pintu 2 ini, kita menyadari bahwa peka menjadi fakta. Rasa peka dan peduli kita menentukan mana yang fakta dan mana yang bukan. Sedangkan, melalui pintu 1, kita menyadari semua adalah anugerah. Pintu 2 menguatkan pintu 1. Kepekaan diri kita menguatkan seluruh anugerah.

Bagaimana pun, kita sadar bahwa semua akan berlalu. Anugerah akan berlalu. Bencana pun akan berlalu. Semua berlalu bersama waktu. Pintu 3 akan membahas tentang waktu. Sesuai harapan, waktu adalah realitas anugerah itu sendiri. Apakah Anda siap menerima anugerah waktu?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

4 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: