Menulis Buku Kehidupan

Lebih dari 30 tahun, saya menulis buku. Salah satu buku best seller karya saya adalah “Kecerdasan Quantum: Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis” terbit pada tahun 2001. Awal tahun 2024 ini, akan terbit dua judul karya saya: [a] 7 Pintu Anugerah: Pembuka Realitas Masa Depan; [b] 30 Renungan Takwa: Berprestasi Sepanjang Masa.

Tuhan sudah menuliskan buku kehidupan sejak jaman azali. Karena Tuhan yang menuliskannya maka buku kehidupan kita adalah buku yang terbaik. Tugas kita, selanjutnya, adalah menulis ulang buku kehidupan masing-masing orang; bersama alam sekitar dan alam sosial.

1. Anugerah Demokrasi
2. Teknologi Teman Hati
3. Prestasi Sejati
4. Buku Cetak 30 Renungan
5. Buku Cetak 7 Anugerah

6. Awal Belajar Hikmah
7. Salah Berkaca
8. Waktu Selalu Berlalu
9. Tobat Jadi Manusia
10. Peduli adalah Solusi Kunci

11. Prestasi adalah Hak Kita
12. Anugerah Demi Anugerah
13. Renungan Takwa
14. Anugerah untuk Kita
15. Buku Logika Futuristik

Mengapa kita perlu menulis buku kehidupan?

[1] Alasan ekonomi. Bila beruntung, buku Anda sukses di pasar dan Anda memperoleh keuntungan ekonomi finansial yang besar. Pada awal usia 30, sukses buku saya “Kecerdasan Quantum” menjadi modal untuk beli rumah di kawasan kota Bandung bagian utara dekat Lembang yang sejuk.

Semanis itukah kisah penulis buku? Manis itu makin nikmat karena ada pahitnya; bagai kopi pagi hidangan istri saya itu sangat nikmat karena ada campuran manis dan pahit; atau terasa nikmat karena saya sambil memandang istri saya.

Di buku baru “7 Pintu Anugerah”, saya menekankan bahwa nikmat itu hanya bisa terjadi kerena ada derita; jadi, penderitaan itu penting. Bahagia bisa terjadi karena ada sengsara; sukses bisa terjadi karena ada gagal; pahala bisa terjadi karena ada dosa; makna bisa terjadi karena ada hampa; mudah bisa terjadi karena ada sulit. “Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

Sebagai penulis, awalnya, saya tidak terlalu berpikir aspek ekonomis ini; bagaimana pun, setiap penulis perlu merespon tantangan ekonomi ini dengan bijak.

[2] Alasan Warisan. Saya sejak muda bercita-cita untuk meninggalkan warisan berupa suatu karya buku. Barangkali, motif warisan ini yang mendorong saya untuk menulis buku.

[3] Alasan Belajar. Pengalaman saya menunjukkan: belajar melalui proses menulis lebih efektif dari melalui proses membaca. Ketika saya menulis buku, maka, saya makin paham dengan isi tulisan saya. Meski, sebelumnya, saya sudah membaca tulisan yang sama dari buku orang lain.

Misal saya sulit memahami satu paragraf dari buku orang lain; kemudian, saya mengulang membacanya sampai 9 kali; tetap sulit untuk paham.

Alternatif yang lebih efektif adalah saya membaca paragraf itu 3 kali; belum juga paham; kemudian, menulis ulang paragraf tersebut dengan bahasa saya; lanjut membaca ulang paragraf tersebut. Hasilnya, pemahaman menjadi jauh lebih baik.

Menulis buku adalah proses bagi saya untuk terus belajar. Tentu saja, Anda bisa belajar melalui menulis mau pun membaca.

Bagaimana menurut Anda?

16. Asyik Membaca Logika Futuristik
17. Anugerah Urip
18. Pengantar Penulis: Cita-Cita
19. Anugerah Sejarah
20. Anugerah AI

21. Trilogi Futuristik Telah Terbit
22. Kerja Bukan Cari Uang
23. Terbit Lengkap Trilogi Futuristik
24. Pesona Buku Visi Futuristik
25. Kontribusi Buku Visi Futuristik

Tentang Penulis

Agus Nggermanto, dikenal sebagai Paman APIQ di media sosial, adalah pendidik dan penulis yang produktif. Awal tahun 2000-an, dia menulis buku Kecerdasan Quantum yang menjadi best seller di Indonesia. Kemudian, menulis puluhan buku matematika kreatif. Di youtube, dia sudah berbagi lebih dari 7000 video belajar matematika asyik dan kajian filosofis. Agus menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Tulungagung, Jawa Timur, dan melanjutkan kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung). Dia mengajar beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan kreativitas, inovasi, filsafat sains, teknologi, dan informasi di STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB), SBM (Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB), dan STT Telkom (sekarang Telkom University). Sejak pandemi, dia menulis buku trilogi Futuristik: [1] Logika Futuristik (terbit 2023); [2] Pintu Anugerah Futuristik (terbit 2024); [3] Visi Futuristik (dalam proses penerbitan tahun 2024).

Lampiran 2: Biografi Agus Nggermanto

Agus Nggermanto lahir di kota Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia, di akhir abad 20; mengawali pendidikan formal di SDN Mangunsari 1. Menjelang naik kelas 3 SD, dia ikut orang tuanya merantau ke Kalimantan Barat. Di pedalaman Sintang, Kalimantan Barat, belum ada sekolah. Agus harus menunggu beberapa bulan agar tahun ajaran baru dimulai, dan, rencananya akan dibuka SD. Tahun ajaran baru tiba, Agus belum naik kelas 3 sehingga dia duduk di kelas 2 SD. Berjalan sekitar 10 bulan, Agus kembali ikut orang tua pulang ke Tulungagung; dalam posisi yang mirip yaitu menjelang naik kelas 3 SD.

Saat itu, tidak ada sekolah yang bisa menerima Agus sebagai siswa kelas 2 menjelang naik kelas 3. Dia harus menunggu tahun ajaran baru beberapa bulan lagi. Tahun ajaran baru tiba, dia tidak bisa naik kelas 3 karena memang masih kelas 2. Teman-teman sekelasnya dulu sudah duduk di kelas 4 SD; sementara, Agus harus duduk di kelas 2 SD; mundur 2 kelas dari seharusnya. Beberapa sekolah SD didatangi, tidak ada yang bisa menerima sebagai siswa kelas 3; apa lagi kelas 4; mereka hanya bisa menerima Agus sebagai siswa kelas 2. Salah seorang guru SDN Mangunsari teringat kemampuan dan bakat Agus ketika kelas 1 dulu. Guru itu merekomendasikan agar SDN Mangunsari menerima Agus di kelas 3. Akhirnya, Agus diterima di kelas 3 SD meski tidak pernah punya raport yang menyatakan naik ke kelas 3 SD.

Tentu saja, tidak ada kesulitan bagi Agus untuk mengikuti pelajaran kelas 3 SD bersama adik kelasnya. Agus menjadi siswa terbaik di kelasnya sebagaimana dia menjadi siswa terbaik di kelasnya dulu; yang sekarang menjadi kakak kelasnya.

Pagi menempuh pendidikan formal, siang dan, atau sore, menempuh pendidikan madrasah. Awalnya, ketika kanak-kanak, Agus mengikuti Madrasah Al Fatah Pondok Menara Mangunsari. Kemudian, melanjutkan ke Madrasah Mambaul Hikam Botoran. Malam hari atau subuh, Agus mengikuti program ngaji Al Quran di beberapa tempat. Pendidikan madrasah membekali Agus pengetahuan agama dan bahasa Arab. Secara resmi, Agus belajar bahasa Arab lebih awal dari bahasa Inggris. Madrasah ibtidaiah, setara SD, sudah mengajarkan bahasa Arab percakapan praktis. Sementara, bahasa Iggris baru dipelajari ketika SMP waktu itu. Untuk nahwu sharaf baru dipelajari ketika madrasah tsanawiyah yang setara SMP. Menariknya, di madrasah, diajarkan menulis huruf Arab baik untuk bahasa Arab, bahasa Jawa, atau pun bahasa Indonesia. Jadi, kita bisa menulis rahasia dengan huruf Arab tetapi sebenarnya bahasa Jawa. Sebagian besar orang tidak akan bisa membacanya karena tanpa harakat atau Arab gundul.

Agus melanjutkan pendidikan formal ke SMP 2 Tulungagung, SMA 2 Tulungagung, kemudian ke Teknik Elektro ITB. Kelak, Agus menetap di Bandung dengan keluarganya.

Awalnya, Agus berniat memilih jurusan Matematika di ITB. Tetapi, karena diajak kompetisi bersama teman-temannya untuk mengambil jurusan yang lebih kompetitif, akhirnya, Agus memilih Teknik Elektro. Bagaimana pun, minat Agus terhadap matematika masih terus berkembang. Termasuk minatnya terhadap filsafat.

Waktu kecil, Agus mengajukan pertanyaan, “Mengapa saya terlahir sebagai manusia? Mengapa tidak sebagai kambing?”

Jawabannya sangat mudah yaitu karena Allah menetapkan takdir seperti itu. Agus lanjut bertanya,

“Mengapa Allah menetapkan takdir? Mengapa sebagian orang akhirnya masuk surga dan sebagian masuk neraka?”    

Jawabannya sama mudahnya yaitu, “Karena takdir Tuhan. Karena Allah berkehendak itu.”

Agus sadar bahwa beberapa orang puas dengan jawaban itu. Bagi dirinya, masih memunculkan lebih banyak pertanyaan lagi. Pergolakan pikiran, atau pergolakan batin ini, mengantarkan Agus mempelajari pemikiran Al Ghazali. Mengagumkan. Ghazali merangkai argument yang runut, jelas, ditambah berbagai macam contoh dan perumpamaan. Barangkali, Ghazali adalah pemikir paling cerdas di dunia. Yang paling menarik dari Ghazali adalah, hampir selalu, solusi akhir adalah berupa jalan ruhani membersihkan hati. Apa pun problem yang kita hadapi. Bagaimana pun, rasa penasaran terhadap pertanyaan mendasar ini selalu mewarnai pemikiran Agus kecil, remaja, sampai dewasa.

Awal tahun 2000an, Agus menulis buku yang terbit dengan judul Quantum Quotient (QQ): Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang harmonis. Buku QQ membuka pintu yang luas bagi Agus secara intelektual, spiritual, mau pun professional.

Agus menguatkan brand APIQ (Aritmetika Plus Intelegensi Quantum) sebagai lanjutan buku QQ. Kemudian, Agus menulis puluhan buku tentang matematika kreatif dengan perspektif APIQ. Di media social, Agus dikenal sebagai Paman APIQ dengan menulis lebih dari 1000 artikel pendidikan dan matematika serta memproduksi sekitar 10 000 video edukasi matematika dan filsafat di canel youtube.

Awal tahun 2020, pandemic melanda dunia dan Indonesia. Agus mengkristalkan beragam pemikiran dan pengalamannya dalam bentuk buku (digital dan cetak). Trilogi Futuristik terbit pada awal 2023 dengan judul Logika Futuristik. Buku Futuristik kedua berjudul 7 Pintu Anugerah Futuristik terbit tahun 2024. Dan buku Futuristik ketiga akan segera terbit.

Trilogi Futuristik menandai babak baru pemikiran Agus dari sisi keluasan dan kedalaman. Barangkali hal ini terkait dengan usia yang sekitar setengah abad berlalu. Bagaimana pun, Anda selalu bisa mengikuti perkembangan pemikiran Agus melalui web pamanapiq.com atau canel youtube.com/pamanAPIQ .   

Masa depan memancarkan kilau cahaya; yang menerangi masa lalu dan masa kini. Kemudian, menarik masa kini menuju masa depan cemerlang.

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Paman APiQ

3 Comments

Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan ke Paman APiQ Batalkan balasan