Distribusi kekayaan merupakan masalah pelik dari dulu. Nilai ketimpangan Indonesia adalah 2,2 lebih timpang dari kurva kuadrat. Ini masalah yang perlu kita cari solusi.
Rasio Gini G = 0,38 untuk pendapatan. Sedangkan G = 0,83 untuk distribusi kekayaan yang lebih timpang dari kurva Lorenz pangkat 10 – bukan hanya kuadrat atau kubik.

Secara umum di dunia memang kekayaan tidak merata. Maka ini jadi masalah negara dan seluruh dunia.
Kita, dengan mudah, dapat memantau dinamika nilai ketimpangan dan diharapkan bisa mengendalikannya. Maka nilai ketimpangan bisa diturunkan – termasuk rasio Gini – untuk mencapai keadilan dan kesetaraan di masyarakat.
Pada tulisan ini saya akan mencoba membahas kurva Lorenz, rasio Gini, dan nilai ketimpangan – atau derajat ketimpangan.
1. Estimasi kurva Lorenz Indonesia

Di atas adalah salah satu estimasi kurva Lorenz Indonesia dengan nilai ketimpangan = n = 2,2. Ini adalah estimasi dengan baik sangka. Hanya ada dua kelas: miskin dan kaya. Tentu saja di dunia nyata ada puluhan kelas bahkan ribuan.

Kurva Lorenz yang mulus di atas memudahkan kita untuk membagi jumlah kelas sampai ribuan – tak terbatas. Tetap konsisten n = 2,2 dan G = 0,38. (Dalam gambar G = 0,375)
2. Nilai ketimpangan Indonesia membaik jadi n = 2

Kali ini mari kita asumsikan Indonesia berhasil memperbaiki nilai ketimpangan jadi n = 2 setara dengan G = 0,3 seperti grafik di atas.
Asumsikan hanya ada lima kelas kekayaan. Kurva Lorenz mengikuti kurva kuadrat:
{1, 4, 9, 16, 25}
Pendapatan atau kekayaan masing-masing kelas dapat kita hitung dengan menghitung selisihnya.
{1, 3, 5, 7, 9}
Sehingga perbandingan 20% terkaya = 9 : 1 terhadap 20% termiskin.
3. Si miskin sukses naik ke menengah bawah
Data income atau kekayaan masing-masing kelas,
{1, 3, 5, 7, 9}
kita pakai sebagai acuan. Selanjutnya kita akan melihat dinamikanya jika terjadi perubahan income dari suatu kelas.
Grafik di bawah, si miskin {1} berhasil naik menjadi si menengah bawah {3} maka G membaik jadi 0,23. Tentu nilai ketimpangan turun dari n = 2 menjadi n = 1,6.

Maknanya kita berhasil memperbaiki nilai ketimpangan dengan cara menaikkan kelas paling miskin.
4. Si miskin naik ke kelas menengah atas
Seperti Indonesia berhasil menjadi negara berpenghasilan kelas menengah atas. Tapi itu adalah mean atau median. Ketimpangan bisa ternjadi.
Jika yang naik ke kelas menengah atas {7} adalah si miskin {1} maka perbaikan nilai ketimpangan sangat bagus. Dari n = 2 turun menjadi n = 1,47 dan G = 0,193.

Si miskin naik menjadi kelas kaya juga berdampak sama baik.

5. Si miskin menjadi super kaya
Sulit terjadi tapi mungkin saja. Si miskin {1} berhasil menjadi super kaya {11}. Lebih kaya dari kelas terkaya {9}.
Nilai ketimpangan membaik dari n = 2 menjadi n = 1,5 dan G = 0,229.

6. Si menengah turun jadi si miskin
Kondisi sulit bisa saja terjadi. Si menengah {5} justru turun jadi si miskin {1}. Nilai ketimpangan makin besar dari n = 2 menjadi n = 2,4 (di atas fungsi kuadrat) dan G = 0,419.

7. Si menengah naik ke menengah atas
Barangkali ini yang paling diharapkan terjadi. Si menengah {5} naik jadi menengah atas {7}.
Nilai ketimpangan membaik dari n = 2 menjadi n = 1,8 dan G = 0,296.

8. Si menengah naik jadi si kaya
Terjadi perbaikan, meski sedikit, dari nilai ketimpangan n = 2 jadi n = 1,9. Tetap saja ini hal baik.

9. Si menengah jadi super kaya
Nilai ketimpangan memburuk dari n = 2 menjadi n = 2,01.

10. Si kaya jadi si miskin
Memperburuk nilai ketimpangan dari n = 2 menjadi n = 2,2.

11. Si kaya berbagi ke semua kelas
Si kaya {9} berbagi ke seluruh kelas di bawahnya, semacam tax and transfer berhasil memperbaiki nilai ketimpangan dari n = 2 jadi n = 1,5 dan G = 0,224.

Penutup
Meningkatkan pemerataan dengan menurunkan nilai ketimpangan (termasuk G) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
A. Meningkatkan kelas miskin menjadi kelas menengah atau kaya terbukti memperbaiki nilai ketimpangan.
B. Meningkatkan kelas menengah menjadi kelas kaya berhasil memperbaiki nilai ketimpangan.
C. Kelas kaya turun ke kelas bawahnya juga memperbaiki nilai ketimpangan.
D. Yang kaya makin kaya memperburuk nilai ketimpangan. Yang miskin makin miskin juga sama.
E. Kelas miskin melompat menjadi super kaya, lebih kaya dari kelas kaya, juga memperbaiki nilai ketimpangan.
Bagaimana menurut Anda?