“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian semua berpuasa, sebagaimana diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS 2: 183)
Tujuan berpuasa adalah menjadi orang yang bertakwa. Apa itu takwa? Takwa adalah berprestasi. Tidak sebarang prestasi. Tapi prestasi yang diraih dengan cara menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya.

1. Takwa dan Tawakal
2. Iman dan Islam
3. Masa Lalu Menuju Masa Depan
Tampak kontradiksi, berkebalikan. Bagaimana orang yang puasa, lemah dan lapar, harus mengejar prestasi? Justru ini adalah rahasia yang perlu kita bahas. Kita akan mencoba menyandingkan makna takwa dengan tawakkal, berserah diri.
- Takwa dan Tawakkal
Berprestasi adalah usaha manusia, dalam bertakwa, untuk memenuhi tanggung jawabnya memakmurkan alam semesta. Bersesuaian dengan ayat yang mengisahkan bahwa Allah hendak menciptakan khalifah, wakil, di muka bumi ini yaitu Nabi Adam – dan anak cucunya. Manusia bertugas memerankan peran leadership dan manjerial untuk mengelola alam semesta ini.
Ketika manusia berpuasa, ia dituntut untuk bertakwa, meraih prestasi. Tentu saja prestasi ini perlu kita seimbangkan dengan kondisi fisik yang tidak makan dan tidak minum sepanjang hari. Sehingga, prestasi ini lebih banyak menuntut strategi dan pemikiran tingkat tinggi.
Sementara orang-orang dengan tugas yang berat, yang menuntut kekuatan fisik prima, diijinkan untuk tidak berpuasa. Dan dapat mengganti puasa itu di lain hari. Petani yang bekerja di sawah, di bawah terik matahari, barangkali terlalu berat bila harus berpuasa. Petani seperti itu boleh tidak puasa. Maka kita perlu memikirkan sistem pertanian baru, yang lebih mengandalkan strategi pikiran, sehingga para petani tetap dapat menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan – dan makin berprestasi di bidang pertanian.
Allah menjanjikan bagi orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah juga memberikan kedudukan paling mulia kepada orang-orang yang bertakwa di antara kalian.
Tawakkal adalah pasangan dari bertakwa. Tawakkal adalah berserah diri atau mewakilkan urusan kepada yang Maha Baik yaitu Allah semata. “Dan bertawakkal lah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai wakil.”
Terhadap perkara yang kita tidak mampu mempengaruhi maka bertawakkal adalah jalan terbaik. Percaya bahwa Allah selalu mengurus segala sesuatu dengan paling baik. Anda lahir dari pasangan ibu dan bapak Anda. Anda tidak bisa memilih agar lahir dari orang lain. Maka bertawakkal terhadap kelahiran Anda, adalah yang terbaik. Berprasangka bahwa Allah telah memilihkan untuk Anda orang tua yang paling tepat. Bersyukur atas pilihan Allah. Dan memang Allah selalu memilihkan yang terbaik.
Kita hidup di bumi ini, tidak bisa memilih untuk hidup di bulan atau Mars, ketika dilahirkan waktu dulu. Kita perlu menyikapi dengan tawakkal: tinggal di bumi adalah pilihan dari Allah yang terbaik untuk umat manusia. Hidup menjadi begitu indah, nyaman, dan tenteram ketika semua orang mampu bertawakkal, berserah diri.
Kondisi lapar, haus, dan lemah ketika menjalani puasa mendorong kita untuk lebih mudah bertawakkal, berserah diri, kepada Allah. Itu dorongan alamiah manusiawi. Tetapi Allah mengingatkan bahwa tujuan puasa adalah agar kalian menjadi orang yang bertakwa, orang-orang yang meraih prestasi. Maka puasa Romadhon adalah proses manusia menuju keseimbangan takwa dan tawakkal, yang utuh.
2. Iman dan Islam
Puasa hanya diwajibkan kepada orang-orang yang beriman. Maka bolehkah orang islam tidak berpuasa? Mungkin saja karena dia hanya islam tapi belum beriman?
Proses berpikirnya bisa dibalik: berpuasalah agar kamu termasuk orang yang beriman. Karena, bagaimana seseorang bisa yakin dirinya sudah termasuk sebagai orang yang beriman dengan benar? Maka puasa adalah sebagai tanda, dan usaha, agar kita termasuk orang-orang yang beriman.
Dalam suatu ayat dikisahkan ada seorang kampung yang mengaku sudah beriman. Tetapi pengakuan itu tidak begitu saja valid. Orang kampung itu bisa jadi sudah islam, dengan membaca syahadat, tetapi untuk menjadi beriman masih perlu jalan panjang dalam taat kepada Allah dan Rasul.
Di Indonesia, kita bisa mengaku sebagai orang islam dengan mudah. Tunjukkan ktp Anda yang bertuliskan sebagai beragama islam maka Anda terbukti sebagai islam. Sedangkan apa bukti Anda sebagai orang yang beriman? Puasa Ramadhan adalah salah satu bukti kita sebagai orang beriman, bertakwa, dan bertawakkal. Semoga Allah menerima amal kita dan mengampuni semua dosa.
3. Masa Lalu ke Masa Depan
Perintah puasa juga telah diwajibkan kepada orang-orang generasi masa lalu. Dan tetap wajib pula bagi generasi masa depan. Puasa adalah ibadah yang berdimensi lintas waktu – masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Barangkali kita sudah akrab dengan istilah kepompong Ramadhan. Ulat yang begitu buas memangsa daun dan buah. Menggunduli pohon sampai gersang. Bisa berubah menjadi kepompong. Tidak makan dan minum berhari-hari. Menahan diri dari banyak hal. Ulat berpuasa. Pada akhirnya ulat berubah menjadi kupu-kupu yang begitu indah, bisa terbang. Membantu penyerbukan, pembuahan.
Puasa Ramadhan menuntut manusia untuk jadi kepompong. Membatasi diri dalam konsumsi pribadi. Memperbanyak sedekah membantu orang lain, memudahkan orang lain menjalani hidup ini, meringankan beban.
Penurunan konsumsi – dengan mengurangi makan, minum, dan konsumsi energi – yang tampak baik bagi seseorang bisa berefek buruk bagi sistem ekonomi. Terutama bagi pendukung teori ekonomi Keynesian berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi diukur dari pertumbuhan konsumsi. Jadi penurunan konsumsi di bulan Ramadhan berdampak menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Solusi sederhana adalah turunkan konsumsi pribadi Anda dan salurkan konsumsi itu untuk kebutuhan sosial. Maka secara agregat, total konsumsi, akan tetap naik. Di saat yang sama, kita membantu mewujudkan pemerataan ekonomi. Menurunkan ketimpangan konsumsi. Dan berhemat untuk generasi masa depan.
Bagaimana menurut Anda?
Tinggalkan komentar