Epilog: Wacana Cinta

Cinta menemukan jalannya sendiri. Cinta menembus setiap batas. Cinta mengetuk hati-hati yang gelisah, monoton, mau pun yang berbunga-bunga. Cinta datang pada pandangan pertama. Datang lagi pada pandangan kedua atau datang sampai mata tak bisa memandang.

Tak ada kata yang bisa mengungkapkan cinta. Tapi, cinta memang perlu kata-kata. Tak ada kisah yang bisa menuturkan cinta. Tapi, cinta memang perlu dikisahkan. Tak ada ilmu yang cukup untuk mengkaji cinta. Tapi, cinta memang perlu dikaji.

Pada epilog ini, kita akan mengkaji cinta dalam lima wacana.

A. Wacana Eksistensi.

B. Wacana Pengetahuan

C. Wacana Kebenaran

D. Wacana Ontologi

E. Wacana Aksiologi

Apa lagi yang diperlukan? Kamu, ya kamu! Kamu adalah cinta. Kamu adalah cahaya cinta. Saatnya telah tiba, lebih bersinar bersama cinta. Saatnya, lebih dalam mendalami cahaya cinta dalam relung hati. Saatnya, untuk beraksi menebarkan cahaya cinta ke seluruh penjuru semesta.

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: